Tahukah Anda? Tradisi Bola Api Semarakkan Jerieng Culture di Bangka Barat, Bupati Ajak Lestarikan Budaya Suku Jerieng
Bupati Bangka Barat mengajak masyarakat melestarikan Jerieng Culture, tradisi unik Suku Jerieng yang menampilkan permainan bola api dan Sedekah Gunung Penyabung. Simak detailnya!

Bupati Bangka Barat Markus secara aktif mengajak seluruh elemen masyarakat untuk turut serta dalam pelestarian Jerieng Culture. Tradisi tahunan ini kembali semarak digelar oleh warga Desa Pelangas, Simpangteritip. Acara ini merupakan bagian dari peringatan Muharam 1447 Hijriah.
Jerieng Culture bukan sekadar perayaan biasa. Ia menjadi wadah penting untuk menjaga kekayaan budaya lokal. Diharapkan tradisi ini mampu memberikan dampak positif yang signifikan bagi kehidupan masyarakat setempat.
Salah satu daya tarik utama dari rangkaian acara ini adalah permainan bola api yang mendebarkan. Kegiatan unik tersebut diselenggarakan di Pondok Pesantren Miftahul Jannah. Ini menunjukkan perpaduan antara tradisi dan nilai-nilai keagamaan.
Semarak Tradisi Jerieng Culture dan Permainan Bola Api
Salah satu puncak kemeriahan Jerieng Culture adalah pertunjukan permainan bola api yang sangat menarik perhatian. Kegiatan ini bukan hanya sekadar tontonan, melainkan sebuah ritual yang memiliki makna mendalam. Permainan tersebut bertujuan untuk menjaga kelestarian budaya serta mempererat tali silaturahmi antarwarga Desa Pelangas.
Bupati Bangka Barat, Bapak Markus, menyatakan kekagumannya saat pertama kali hadir langsung pada acara adat ini. Beliau berharap seluruh rangkaian kegiatan dapat berjalan lancar dan memberikan dampak positif. Kehadiran Bupati menandakan dukungan penuh pemerintah daerah terhadap pelestarian tradisi lokal.
Selain Bupati Markus, acara ini turut dihadiri oleh berbagai tokoh penting. Mereka termasuk Camat Simpangteritip, Kepala Desa Pelangas, perwakilan Forkopimcam, serta Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Jannah. Pemangku adat, pemuka agama, dan tokoh masyarakat setempat juga turut memeriahkan suasana. Kehadiran mereka menunjukkan sinergi antara pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat dalam menjaga Jerieng Culture.
Kekayaan Budaya Suku Jerieng dan Warisan Tak Benda
Suku Jerieng merupakan salah satu komunitas Suku Melayu Bangka yang kaya akan tradisi. Mereka berkembang berdampingan dengan suku-suku lain seperti Ketapik, Kedalia (Kedale), Telang, dan Empang. Persebaran warga Suku Jerieng mencakup sebagian besar desa di Kecamatan Simpangteritip, serta beberapa desa di Kecamatan Kelapa dan Mentok.
Selain Jerieng Culture, Desa Pelangas juga memiliki tradisi penting lainnya, yaitu Sedekah Gunung Penyabung. Tradisi ini bahkan telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Kebudayaan RI. Ini menunjukkan pengakuan nasional terhadap nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.
Sedekah Gunung Penyabung merupakan tradisi tahunan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Panen ini berasal dari kebun dan hutan di sekitar desa. Kegiatan ini rutin digelar setiap Muharam oleh warga adat Suku Jerieng di Desa Pelangas. Pelaksanaannya dipimpin oleh pemangku adat setempat, Tok Janum, yang menjaga keberlangsungan tradisi ini.
Potensi Wisata Budaya untuk Kesejahteraan Masyarakat
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangka Barat, Ferhad Irvan, menekankan pentingnya tradisi Suku Jerieng. Menurutnya, tradisi turun-temurun ini masih terus berkembang di tengah masyarakat. Hal ini menjadikannya aset kebudayaan daerah yang sangat berharga.
Ferhad Irvan menambahkan bahwa tradisi ini perlu terus dilestarikan dan didorong perkembangannya. Tujuannya adalah agar dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu caranya adalah melalui pengembangan pariwisata berbasis budaya yang berkelanjutan. Ini membuka peluang ekonomi baru bagi warga.
Setiap kali kegiatan adat dilaksanakan, banyak warga berdatangan, baik dari lokal maupun luar daerah. Fenomena ini menunjukkan potensi besar untuk dikembangkan. Keberadaan budaya diharapkan dapat memberikan manfaat nyata bagi kesejahteraan warga setempat di masa mendatang. Ini adalah sinyal positif bagi pengembangan ekowisata budaya.