Tragedi Longsor Samarinda: Dua Korban Ditemukan Meninggal, Pencarian Dua Lainnya Dilanjutkan
Tim gabungan BPBD dan Basarnas berhasil mengevakuasi dua korban meninggal dalam longsor Samarinda, namun pencarian dua korban lainnya masih berlanjut.

Bencana tanah longsor yang menimpa empat rumah di kawasan Belimau, Kelurahan Lempake, Samarinda pada tanggal 12 Mei 2024 telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Tim gabungan SAR, yang terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), serta unsur lainnya, langsung diterjunkan ke lokasi untuk melakukan evakuasi. Proses evakuasi yang sulit dilakukan karena kondisi tanah yang labil dan pergerakan tanah yang masih terjadi pasca hujan lebat.
Koordinator Tim SAR Samarinda, Mardi Sianturi, menjelaskan bahwa evakuasi dilakukan dengan strategi khusus. Alat berat bertonase rendah digunakan terlebih dahulu untuk membuka akses jalan dan memadatkan tanah sebelum alat berat yang lebih besar diterjunkan. Proses ini bertujuan untuk memastikan keselamatan tim evakuasi di tengah kondisi tanah yang masih labil.
"Tadi sudah dilakukan penanganan untuk tanah longsor. Semua tim bekerja bahu membahu," ujar Mardi Sianturi menjelaskan proses evakuasi yang penuh tantangan tersebut. Evakuasi yang dilakukan membutuhkan kehati-hatian dan kerjasama tim yang solid.
Pencarian Korban Longsor Samarinda
Tim SAR berhasil menemukan dua korban meninggal dunia. Korban pertama, seorang ibu bernama Hamdana (sekitar 50 tahun), ditemukan meninggal dunia di kamar bagian belakang rumahnya. Korban kedua, seorang anak laki-laki bernama Nasrul (diperkirakan 24 tahun), juga ditemukan meninggal dunia di bagian depan rumah. Penemuan ini dilakukan setelah tim SAR bekerja keras di tengah kondisi medan yang sulit.
Sayangnya, pencarian dua korban lainnya, Nurul Sakira (17) dan Fitri (14), harus dihentikan sementara karena waktu yang semakin gelap dan risiko keselamatan tim. "Saat kami hendak melakukan pencarian korban ketiga dan keempat, terkendala oleh waktu yang semakin gelap. Kami mempertimbangkan risiko keselamatan tim jika melanjutkan pencarian dalam kondisi minim penerangan," ungkap Mardi Sianturi.
Area yang belum dieksplorasi meliputi bagian kamar depan, ruang tamu, dan teras rumah. Proses evakuasi sebagian dilakukan secara manual menggunakan cangkul dan sekop, yang membutuhkan kehati-hatian ekstra mengingat kondisi tanah yang masih labil dan rawan longsor susulan.
Kepala Pelaksana BPBD Samarinda, Suwarso, menyatakan bahwa operasi pencarian dan evakuasi akan dilanjutkan pada hari berikutnya. "Besok kita lanjutkan kembali. Faktor medan yang cukup berat dan masih hancur menjadi pertimbangan utama. Risiko tinggi memerlukan keselamatan baik tim terpadu pencarian maupun peralatan yang kita miliki," jelas Suwarso, menekankan prioritas keselamatan tim.
Proses Evakuasi dan Kondisi Korban
Alat berat yang digunakan sementara digeser ke area yang lebih rendah untuk alasan keamanan, namun akan kembali disiagakan di lokasi pada pagi hari. Proses evakuasi yang dilakukan membutuhkan kerja keras dan kerjasama dari berbagai pihak. Korban yang berhasil dievakuasi langsung dibawa ke RSUD AW Sjahranie untuk proses identifikasi lebih lanjut.
Berdasarkan laporan, terdapat empat anggota keluarga yang tertimbun longsor. Dua korban telah ditemukan meninggal dunia, sementara dua lainnya, Nurul Sakira dan Fitri, masih dalam pencarian. Tim SAR berkomitmen untuk melanjutkan pencarian hingga kedua korban ditemukan.
Proses evakuasi ini menunjukkan betapa pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Kerja sama dan koordinasi antar instansi sangat krusial dalam upaya penyelamatan korban dan meminimalisir dampak bencana.
Semoga pencarian dua korban lainnya dapat segera membuahkan hasil dan keluarga korban mendapatkan kekuatan dalam menghadapi musibah ini.