Ubah Brain Drain Jadi Brain Gain: Strategi Indonesia Raih Talenta Terbaik
Bappenas dan BKKBN ungkap strategi mengubah fenomena brain drain menjadi brain gain melalui pengembangan SDM dan Grand Design Pembangunan Kependudukan yang kuat untuk Indonesia Emas 2045.

Fenomena "KaburAjaDulu" yang sempat viral di media sosial, mencerminkan kekhawatiran generasi muda terhadap kondisi sosial ekonomi politik Indonesia. Banyak yang memilih mencari peruntungan di luar negeri, memicu kekhawatiran akan brain drain atau keluarnya tenaga kerja berkualitas. Namun, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas, Amich Alhumami, menawarkan perspektif berbeda; bahwa brain drain bisa diubah menjadi brain gain.
Amich menjelaskan bahwa tenaga kerja Indonesia yang bekerja di perusahaan multinasional seperti Google atau Yahoo di luar negeri, akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan berharga. Dengan strategi yang tepat, mereka dapat kembali ke Indonesia dan berkontribusi pada kemajuan negara. Negara-negara maju seperti Korea dan China telah berhasil menerapkan strategi ini, dan Indonesia dapat mencontoh kesuksesan mereka.
Data menunjukkan bahwa Malaysia, Arab Saudi, dan Taiwan menjadi negara tujuan utama Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di luar negeri. Jumlah WNI di Malaysia mencapai 2.540.450, sebagian besar bekerja di sektor perkebunan, konstruksi, dan asisten rumah tangga. Amich menekankan pentingnya menyiapkan lapangan pekerjaan dan insentif bagi WNI yang kembali ke Indonesia, termasuk membangun perguruan tinggi berkualitas dan mengembangkan sektor-sektor strategis sesuai potensi kewilayahan.
Mengubah Brain Drain Menjadi Brain Gain
Amich mencontohkan keberhasilan Ethiopia yang berhasil mengatasi brain drain setelah mengatasi konflik sosial politik dan membangun institusi pendidikan serta lapangan pekerjaan. Dengan demikian, para ahli yang sebelumnya bekerja di luar negeri, kembali ke Ethiopia dan berkontribusi pada pembangunan negara. Indonesia dapat belajar dari strategi ini, dengan fokus pada investasi di perguruan tinggi dan riset inovatif.
Selain Ethiopia, Indonesia juga bisa mencontoh Singapura yang sukses mendatangkan Taylor Swift untuk konser selama enam hari. Keberhasilan ini menunjukkan pentingnya menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif, sistem pajak yang rendah, dan dukungan pemerintah untuk menarik talenta global. Negara lain seperti China dengan program "Thousand Talents Program" dan Korea dengan Institut Sains dan Teknologi Korea (KIST) juga telah menunjukkan strategi efektif dalam mengatasi brain drain.
Amich menyarankan agar pemerintah fokus pada pembangunan perguruan tinggi untuk mengembangkan riset-riset inovatif yang dapat mendukung pembangunan ekonomi kewilayahan. Pemetaan potensi kewilayahan juga sangat penting untuk mengidentifikasi sektor-sektor strategis yang perlu dikembangkan.
Peran Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK)
Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Wakil Kepala BKKBN, Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, menekankan pentingnya Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) yang kuat untuk mengubah brain drain menjadi brain gain. Kemendukbangga sedang berkolaborasi dengan Bappenas untuk memetakan GDPK dan mengoptimalkan sumber daya manusia Indonesia.
GDPK akan membantu memetakan potensi lapangan pekerjaan dan menyesuaikannya dengan jumlah lulusan perguruan tinggi. Dengan GDPK yang kuat, potensi sumber daya manusia dapat dimaksimalkan, terutama dengan jumlah penduduk produktif yang terus meningkat hingga 2030. Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) dapat menjadi acuan dalam menyusun GDPK yang lebih efektif.
Kesimpulannya, mengubah brain drain menjadi brain gain memerlukan strategi komprehensif yang melibatkan investasi di pendidikan, riset, dan pengembangan sektor-sektor strategis. GDPK yang kuat, didukung oleh data yang akurat, menjadi kunci keberhasilan dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.