Uni Eropa Sesalkan AS Keluar dari Perjanjian Iklim Paris, Dorong Kerja Sama dengan Indonesia
Uni Eropa menyesalkan keputusan AS keluar dari Perjanjian Iklim Paris dan tetap berkomitmen melawan perubahan iklim, mendorong kerja sama dengan Indonesia untuk transisi energi berkelanjutan.
![Uni Eropa Sesalkan AS Keluar dari Perjanjian Iklim Paris, Dorong Kerja Sama dengan Indonesia](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/05/150047.900-uni-eropa-sesalkan-as-keluar-dari-perjanjian-iklim-paris-dorong-kerja-sama-dengan-indonesia-1.jpg)
Jakarta, 5 Februari 2024 - Keputusan Amerika Serikat untuk meninggalkan Perjanjian Iklim Paris kembali menjadi sorotan setelah Donald Trump kembali ke Gedung Putih. Uni Eropa menyatakan penyesalan mendalam atas langkah tersebut, namun menegaskan komitmen kuatnya untuk terus memerangi perubahan iklim.
Reaksi Uni Eropa dan Komitmen Terhadap Aksi Iklim
Direktur Jenderal Aksi Iklim Komisi Eropa, Diana Acconcia, menyampaikan penyesalan Uni Eropa saat membuka pertemuan Indonesia Energy Transition Facility (IETF) di Jakarta. "Kita semua telah menyaksikan bahwa Amerika Serikat meninggalkan Perjanjian Iklim Paris. Kami sangat menyesalkan hal ini, tetapi bukan berarti kita tak perlu bertindak lagi, bukan berarti kita harus memperlambat langkah," tegas Acconcia.
Acconcia menekankan bahwa dampak perubahan iklim sudah nyata, seperti terlihat dari kebakaran hutan yang melanda California akhir tahun lalu. Ia mengajak negara-negara yang percaya pada pentingnya aksi iklim untuk tetap bersatu dan melanjutkan upaya penanggulangan perubahan iklim. "Planet ini tidak menunggu, jadi mereka yang masih percaya bahwa kita dapat berbuat sesuatu untuk menghentikan perubahan iklim harus terus bersatu," tambahnya.
Uni Eropa sendiri, kata Acconcia, tetap berkomitmen untuk mencapai target nol emisi di Eropa pada tahun 2050. Mereka juga berada di jalur yang tepat untuk mencapai target pengurangan emisi CO2 sebesar 55 persen pada tahun 2030 dan tetap menjadi penyedia utama pendanaan iklim global.
Kerja Sama Indonesia-Uni Eropa dalam Transisi Energi
Indonesia, menurut Acconcia, merupakan mitra kunci bagi Uni Eropa dalam aksi iklim. Indonesia memiliki potensi besar dalam energi terbarukan, produksi teknologi bersih seperti baterai, dan penangkapan serta penyimpanan karbon. Indonesia juga memiliki industri yang mampu memproduksi bahan dasar untuk teknologi ramah lingkungan, seperti baja dan aluminium.
Namun, tantangan masih ada. "Namun, tantangannya, pasokan energi Indonesia masih sebagian besar bergantung pada batu bara," ujar Acconcia. Ia meyakini bahwa daya saing ekonomi Indonesia bergantung pada 'penghijauan' sistem energinya dan transisi bertahap dari bahan bakar fosil.
IETF: Mempercepat Transisi Energi di Indonesia
Indonesia Energy Transition Facility (IETF) mendapatkan suntikan dana sebesar 14,7 juta euro (sekitar Rp249 miliar). Uni Eropa berkontribusi 10,6 juta euro, sisanya berasal dari Prancis. Program ini bertujuan untuk mempercepat transisi energi di Indonesia melalui pengembangan kebijakan dan dukungan investasi energi berkelanjutan.
Kerja sama ini menunjukkan komitmen kuat Uni Eropa dalam mendukung Indonesia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Dengan potensi besar yang dimiliki Indonesia dan komitmen Uni Eropa, kerja sama ini diharapkan dapat memberikan dampak signifikan bagi upaya global dalam memerangi perubahan iklim.