Wakil Ketua MPR Yakin Kampus Tak Akan Buru-buru Kelola Tambang
Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno optimistis perguruan tinggi di Indonesia tak akan terburu-buru mengelola tambang karena kompleksitas dan potensi risiko yang perlu dipertimbangkan matang.
Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, baru-baru ini menyatakan keyakinannya bahwa perguruan tinggi (PT) di Indonesia tidak akan serta-merta terjun ke bisnis pertambangan. Pernyataan ini disampaikan menanggapi potensi keterlibatan kampus dalam pengelolaan lahan dan usaha tambang. Hal ini disampaikannya di Jakarta, Rabu, 29 Januari.
Menurut Eddy, pengelolaan tambang membutuhkan keahlian spesifik, portofolio mumpuni, pengalaman luas, dan modal yang sangat besar. Ketiga hal tersebut bukanlah hal mudah didapatkan oleh perguruan tinggi yang fokus utamanya pada pendidikan.
Ia menjelaskan, "Perguruan tinggi memiliki fokus utama dalam mengelola pendidikan. Untuk memenuhi persyaratan mengelola tambang, mereka harus berkolaborasi dengan pihak ketiga yang ahli di bidangnya. Mencari mitra yang tepat membutuhkan waktu dan proses yang matang, tidak bisa terburu-buru," jelas Eddy dalam keterangannya.
Lebih lanjut, Eddy menekankan bahwa civitas akademika, yang terbiasa dengan pengambilan keputusan berdasarkan data dan analisis ilmiah, akan mempertimbangkan langkah ini secara cermat. Mereka akan melakukan kajian mendalam sebelum mengambil keputusan yang berpotensi besar memengaruhi reputasi dan tujuan utama kampus.
"Para akademisi terbiasa dengan analisis ilmiah, berbasis data, dan rasionalitas tinggi. Sehingga, mereka tidak akan langsung memutuskan untuk mengelola pertambangan tanpa kajian mendalam," ujar Eddy.
Eddy menambahkan bahwa banyak perguruan tinggi di Indonesia yang sudah berdiri puluhan bahkan ratusan tahun, memiliki kredibilitas dan reputasi akademik yang tinggi. Maka, mereka akan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan yang berpotensi merusak reputasi tersebut, misalnya karena masalah lingkungan, sosial, atau mitra yang tidak bertanggung jawab.
Meskipun mengakui bahwa perguruan tinggi membutuhkan pendanaan yang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya dalam mengejar target Indonesia Maju 2045, Eddy tetap yakin bahwa kampus akan mempertimbangkan secara matang sebelum masuk ke sektor pertambangan. Potensi pendanaan dari sektor pertambangan memang menarik, namun tetap harus diimbangi dengan pertimbangan risiko dan dampaknya terhadap visi misi utama perguruan tinggi.
Eddy menyimpulkan, "Perguruan tinggi akan menimbang dengan cermat dan penuh kehati-hatian sebelum memasuki sektor baru yang sangat berbeda dengan dunia pendidikan." Ia optimistis bahwa pertimbangan aspek reputasi, kompleksitas pengelolaan tambang, dan potensi risiko akan menjadi pertimbangan utama bagi para perguruan tinggi.