Pelaku Perhotelan Rekomendasikan Efisiensi Anggaran yang Efektif
Ketua Umum IHGMA, I Gede Arya Pering Arimbawa, memberikan sejumlah rekomendasi kepada pemerintah terkait efisiensi anggaran yang berdampak pada sektor perhotelan, termasuk pemanfaatan fasilitas hotel dan strategi diversifikasi pasar.
Solo, 27 April 2024 (ANTARA) - Efisiensi anggaran pemerintah berdampak signifikan terhadap berbagai sektor ekonomi, termasuk industri perhotelan. Menyikapi hal ini, pelaku perhotelan Indonesia memberikan sejumlah rekomendasi strategis kepada pemerintah. Rekomendasi tersebut disampaikan menjelang Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-IV Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) di Solo, Jawa Tengah.
Ketua Umum IHGMA, I Gede Arya Pering Arimbawa, mengungkapkan bahwa rekomendasi ini muncul sebagai respon terhadap kebijakan efisiensi pemerintah. Salah satu poin penting yang diusulkan adalah agar pemerintah dapat lebih optimal memanfaatkan fasilitas dan jasa yang tersedia di hotel-hotel di seluruh Indonesia. Hal ini dinilai dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian daerah dan industri perhotelan.
Lebih lanjut, Arimbawa menjelaskan bahwa IHGMA juga telah menyiapkan sejumlah strategi adaptasi untuk menghadapi dampak efisiensi anggaran. Strategi tersebut antara lain diversifikasi pasar dengan fokus pada wisatawan domestik dari sektor non-pemerintah, baik individu maupun kelompok. Selain itu, promosi gencar baik secara daring maupun luring akan dilakukan untuk menarik wisatawan mancanegara dan meningkatkan daya beli pelanggan.
Rekomendasi dan Strategi Adaptasi IHGMA
Dalam menghadapi tantangan efisiensi anggaran, IHGMA merekomendasikan beberapa hal kepada pemerintah. Pertama, pemerintah didorong untuk memanfaatkan fasilitas hotel yang terdaftar dalam e-katalog pemerintah daerah. "Kami ada di daftar e-katalog Pemda. Masing-masing bisa memanfaatkan itu. Kalau ada kegiatan, silahkan," ujar Arimbawa. Kedua, IHGMA berharap adanya kebijakan afirmatif dan solusi konkret, termasuk kemungkinan insentif khusus bagi hotel yang terdampak aturan efisiensi.
Ketiga, dukungan promosi pariwisata domestik sangat dibutuhkan untuk meningkatkan okupansi hotel. "Kami juga berharap adanya program padat karya di sektor hospitality, dan kolaborasi aktif antara pemerintah pusat, daerah, dan mitra kerja pariwisata untuk memastikan keberlanjutan industri," tambah Arimbawa. Selain itu, IHGMA juga berencana memperkuat sisi profesionalisme, integritas, dan relasi antar pelaku usaha perhotelan melalui Rakernas kali ini.
Lebih jauh, IHGMA akan menyusun program dan inovasi untuk membangun sektor pariwisata. Salah satu fokusnya adalah mendorong pelaku bisnis perhotelan untuk lebih memperhatikan fungsi Corporate Social Responsibility (CSR). "Kami ingin asosiasi berfokus untuk masyarakat, bukan hanya keuntungan," tegas Arimbawa. Hal ini menunjukkan komitmen IHGMA untuk berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan.
Rakernas IV IHGMA: Membangun SDM Unggul
Ketua Organizer Comitee Rakernas IV IHGMA, Retno Wulandari, menjelaskan bahwa Rakernas di Solo merupakan langkah strategis untuk memperkuat peran organisasi dalam mendukung pengembangan pariwisata dan perhotelan di Indonesia. Rakernas ini akan fokus pada penguatan Sumber Daya Manusia (SDM), sinergi, kolaborasi, dan inovasi yang berbasis pada nilai-nilai Asta Cita Pemerintah Republik Indonesia.
Retno menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan pelaku industri untuk memastikan keberlanjutan sektor perhotelan. Tema Rakernas IV, "Upgrade, Upscale, Unstoppable," mencerminkan semangat untuk membangun SDM unggul yang mampu bersaing di pasar global. "Ini sejalan dengan semangat Rakernas IV kami membangun SDM unggul untuk pariwisata berdaya saing global," tutup Retno.
Secara keseluruhan, rekomendasi dan strategi yang diusulkan IHGMA menunjukkan komitmen untuk menghadapi tantangan efisiensi anggaran secara proaktif dan inovatif. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan pelaku industri, sektor perhotelan Indonesia diharapkan mampu bertahan dan bahkan tumbuh lebih kuat di masa mendatang.