100 Hektare Lahan Padi di Dompu Terancam Gagal Panen Akibat Banjir
Banjir di Dompu, NTB menyebabkan 100 hektare lahan padi terancam gagal panen akibat jebolnya saluran irigasi, mengancam perekonomian petani setempat dan membutuhkan penanganan segera dari pemerintah.
Banjir yang menerjang Desa Mbawi, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Senin, 20 Januari 2024, mengancam hasil panen petani setempat. Sebanyak 100 hektare lahan persawahan yang telah ditanami padi kini terancam gagal panen karena jebolnya dua saluran irigasi.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Mbawi, Heru, mengungkapkan kekhawatirannya akan dampak kerusakan ini. "Jika kerusakan itu tidak segera diperbaiki, areal pertanian dan tanaman padi milik para petani dikhawatirkan rusak atau gagal panen," ujarnya saat dikonfirmasi.
Jebolnya saluran irigasi sekunder sepanjang 50 meter disebabkan oleh derasnya aliran air banjir. Akibatnya, sawah-sawah terendam dan sebagian lahan dekat saluran irigasi dipenuhi pasir dan material lainnya. Kondisi ini diperparah dengan fakta bahwa hingga sembilan hari setelah banjir, belum ada perbaikan dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.
Heru menambahkan, "Lahan yang terendam saat banjir sudah mulai ditanami kembali. Namun, tanpa perbaikan saluran irigasi, banjir akan kembali merendam lahan persawahan."
Kepala Desa Mbawi, Sukrin Ibrahim, bersama PPL, Ketua BP, Babinsa, dan Ketua Gapoktan Mangge Lo'i, telah melakukan identifikasi dampak banjir. Mereka melakukan pemantauan langsung di lokasi terdampak dan mengadakan pertemuan untuk membahas solusi.
Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa poin penting. Pertama, Pemerintah Kabupaten Dompu diharapkan segera memperbaiki saluran irigasi yang rusak. Kedua, normalisasi bagian hilir Sungai Laju di sekitar muara yang berbatasan dengan Desa Wawonduru, Kecamatan Woja, sangat dibutuhkan. Ketiga, di bagian hulu sungai, perlu dipertimbangkan peralihan komoditas budi daya petani dengan tanaman kehutanan, perkebunan, dan hortikultura, seperti buah-buahan, terutama di lahan miring untuk mencegah erosi.
Ketua Gapoktan Mangge Lo’i, Damrun, menjelaskan kondisi lahan yang berair, berpasir, dan berlumpur mengancam tanaman padi. Benih padi sulit ditanam karena lahan tergenang, tertutup lumpur dan kerikil. "Ini banjir yang ketiga kalinya terjadi, dan sampai kapan akan terus begini?" ungkapnya, menyoroti keprihatinan petani akan berulangnya bencana ini.
Kegagalan panen di lahan seluas 100 hektare tersebut berdampak signifikan terhadap perekonomian petani di Desa Mbawi. Perbaikan infrastruktur irigasi dan langkah-langkah antisipasi banjir menjadi krusial untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang dan melindungi mata pencaharian petani.