Petani Mukomuko Patungan Perbaiki Irigasi Jebol Akibat Banjir
Petani di Desa Penarik, Mukomuko, Bengkulu, patungan memperbaiki bendungan irigasi yang jebol akibat banjir, karena usulan perbaikan belum ditanggapi pemerintah dan khawatir lahan pertanian beralih fungsi ke sawit.
Petani di Desa Penarik, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, menghadapi tantangan serius. Banjir menyebabkan bendungan irigasi Air Dikit Kecil jebol, mengancam 70 hektare lahan persawahan. Akibatnya, para petani kini kesulitan menanam padi dan terpaksa menggalang dana sendiri untuk perbaikan.
Ketua Kelompok Tani Maju Makmur, Sudianto, menjelaskan bahwa mereka berupaya mengumpulkan dana dari anggota kelompok tani. Dana tersebut akan digunakan untuk perbaikan bendungan irigasi yang rusak. Sayangnya, proses penggalangan dana ini masih berlangsung dan belum terkumpul seluruhnya. Sudianto menambahkan, beberapa petani masih berada di lahan mereka sehingga belum bisa berkumpul untuk mendiskusikan masalah ini lebih lanjut.
Akibat jebolnya bendungan, para petani terpaksa menunda penanaman padi. Ketiadaan pengairan yang memadai membuat lahan pertanian terancam gagal panen. Kelompok tani telah berupaya melaporkan kerusakan irigasi melalui berbagai jalur, termasuk pesan WhatsApp dan surat resmi kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang serta Dinas Pertanian Mukomuko melalui Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Namun, hingga saat ini belum ada respon dari pemerintah setempat.
Sudianto menjelaskan rencana perbaikan irigasi. Setelah dana terkumpul, perbaikan akan dilakukan secara gotong royong. Bahan-bahan yang dibutuhkan meliputi belasan batang kayu, karung pasir, dan paku besi. Untuk pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus, mereka berencana menyewa tukang harian.
Ancaman serius lainnya adalah alih fungsi lahan. Sudianto khawatir lahan pertanian akan dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit jika masalah irigasi tak segera teratasi. Ia menghimbau para petani untuk mempertimbangkan menanam jagung atau kacang sebagai alternatif sementara, daripada beralih ke sawit yang berdampak jangka panjang bagi perekonomian petani.
Luas lahan persawahan yang terdampak cukup signifikan. Awalnya, Irigasi Air Dikit Kecil mengairi 70 hektare lahan. Setelah kerusakan pertama, luasnya menyusut menjadi 10 hektare, dan kini hanya tersisa enam hektare akibat putusnya talang air. Kondisi ini memprihatinkan dan membutuhkan penanganan segera.
Perbaikan irigasi ini sangat penting bagi keberlangsungan pertanian di Desa Penarik. Kegagalan panen akan berdampak besar pada perekonomian petani dan mengancam ketahanan pangan lokal. Semoga pemerintah segera merespon dan membantu mengatasi masalah ini.