102 Tahun NU: Merajut Peradaban Digital di Indonesia
Nahdlatul Ulama (NU) merayakan 102 tahun kelahirannya di tengah era digital, menandai transformasi organisasi dan tantangan adaptasi dalam melayani jamaah yang semakin urban, kelas menengah, dan melek teknologi.
![102 Tahun NU: Merajut Peradaban Digital di Indonesia](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/01/23/000118.282-102-tahun-nu-merajut-peradaban-digital-di-indonesia-1.jpg)
Nahdlatul Ulama (NU) menginjak usia 102 tahun pada 16 Januari 2025. Peringatan Harlah kali ini terasa istimewa, menandai perjalanan panjang NU di tengah transformasi Indonesia menuju era digital. Puncak perayaan digelar di Istora Senayan pada 5 Februari 2025, dihadiri Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Berbeda dengan era Resolusi Jihad 1945, NU kini menghadapi tantangan baru. Mayoritas warga NU kini bermukim di perkotaan, berstatus kelas menengah, dan terbiasa dengan teknologi digital. Hal ini diungkapkan Wakil Ketua PWNU Jatim, Dr. H. Hakim Jayli, dalam diskusi #NUDigdaya pada November 2024, yang menyebutkan bahwa sekitar 60 persen warga NU telah menjadi bagian dari masyarakat urban, kelas menengah, dan generasi digital.
Perubahan demografis ini menuntut NU untuk beradaptasi. Wakil Gubernur Jawa Timur terpilih, Emil Elestianto Dardak, menekankan pentingnya kolaborasi pemerintah dengan NU, mengingat mayoritas warga Indonesia adalah Nahdliyyin dan NU berperan penting dalam sejarah berdirinya Indonesia. Ia juga menyebut bahwa Jawa Timur sebagai penyumbang 1/6 perekonomian Indonesia semakin menegaskan pentingnya sinergi tersebut.
Sinergi strategis ini difokuskan pada empat bidang utama: pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan budaya/karakter/nasionalisme. Hal ini sejalan dengan visi pendiri NU yang menekankan pentingnya pendidikan dan keluarga dalam membangun peradaban. Peringatan Harlah Ke-102 NU pun mengangkat tema 'Bekerja Bersama Umat, untuk Indonesia Maslahat', dengan penyelenggaraan Kongres Pendidikan NU dan Kongres Keluarga Maslahat sebagai bagian penting dari perayaan tersebut.
Presiden Prabowo Subianto, dalam sidang kabinet paripurna pada 22 Januari 2025, juga menekankan pentingnya pendidikan bagi anak-anak Indonesia, mengajak untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan intervensi teknologi di semua jenjang pendidikan, termasuk pesantren. Hal ini sejalan dengan fokus NU terhadap pendidikan di era digital.
Tantangan NU di era digital bukan hanya soal akses teknologi, tetapi juga literasi digital. Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), melihat pentingnya pendidikan dan keluarga sebagai pilar utama dalam visi NU. NU perlu memastikan warga Nahdliyyin mampu memaksimalkan teknologi untuk kemajuan, bukan hanya terpapar informasi yang tidak terfilter.
Meskipun jumlah warga NU terus bertambah (diperkirakan lebih dari 100 juta jiwa), NU perlu menjaga agar tetap relevan dengan jamaahnya yang semakin urban, kelas menengah, dan digital. Kegagalan beradaptasi berisiko kehilangan jamaah, bukan karena berkurangnya jumlah, tetapi karena pergeseran afiliasi ke kelompok lain. NU harus menjawab tantangan baru dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai dasar organisasi.
Perjalanan NU selama 102 tahun telah membentuk organisasi yang kuat. Di era digital ini, NU perlu melanjutkan warisan para pendiri, seperti Mbah KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahab Hasbullah, dengan menggabungkan keilmuan tradisional dengan pemanfaatan teknologi untuk membangun peradaban yang lebih baik. Tonggak pendidikan, keluarga, dan kebangsaan harus tetap menjadi fokus utama, namun dengan pendekatan yang sesuai dengan 'wajah baru' jamaah NU di abad ke-21.