250 Keluarga Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi Pindah ke Hunian Sementara
Pemerintah telah merelokasi 250 keluarga korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di NTT ke hunian sementara, dengan rencana relokasi lebih lanjut untuk 200 keluarga lagi.

Gunung Lewotobi Laki-laki di Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami erupsi pada November lalu, mengakibatkan ratusan keluarga mengungsi. Pemerintah, melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), telah mengambil langkah cepat untuk merelokasi para pengungsi ke tempat tinggal yang lebih layak. Relokasi ini melibatkan 250 keluarga dari posko pengungsian ke hunian sementara yang telah disiapkan.
Direktur Perlindungan Korban Bencana dan Pengungsi BNPB, Nawan Harahap, menyatakan bahwa relokasi ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memberikan bantuan dan perlindungan kepada para korban erupsi. Proses relokasi dilakukan secara bertahap, dengan prioritas diberikan kepada keluarga yang paling membutuhkan. Pemerintah juga berkomitmen untuk terus memberikan dukungan dan bantuan kepada para pengungsi hingga mereka dapat kembali ke kehidupan normal.
Relokasi ini melibatkan kerja sama berbagai pihak, termasuk TNI yang turut serta dalam pembangunan hunian sementara. Langkah cepat ini diharapkan dapat mengurangi beban para pengungsi dan memberikan rasa aman dan nyaman selama masa pemulihan pasca bencana.
Relokasi 250 Keluarga ke Hunian Sementara
Sebanyak 50 unit rumah duplex telah disediakan dan ditempati oleh 250 keluarga yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. Penempatan ini dilakukan dengan skema hunian bersama. Hal ini disampaikan langsung oleh Nawan Harahap dalam siaran video yang dipantau dari Jakarta pada Minggu. "Dengan tambahan 10 keluarga, total 250 keluarga telah dipindahkan dari posko lapangan ke hunian sementara," kata Harahap.
Para keluarga yang direlokasi berasal dari desa-desa di Kecamatan Ile Bura, Titehena, dan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur. Mereka mengungsi setelah erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki pada bulan November tahun lalu. Pemerintah terus berupaya untuk memberikan bantuan logistik dan pendidikan, terutama bagi mereka yang masih mengungsi di tempat penampungan atau tinggal bersama keluarga.
Tidak hanya itu, pemerintah juga telah mengalokasikan Dana Tunggu Hunian (DTH) sebesar Rp600.000 per bulan selama enam bulan untuk membantu para korban bencana. Bantuan ini diharapkan dapat meringankan beban ekonomi para pengungsi selama masa pemulihan.
Pembangunan Hunian Tambahan
Saat ini, TNI sedang membangun 40 unit rumah duplex tambahan untuk menampung 200 keluarga lagi yang terdampak erupsi. "Targetnya adalah merelokasi 200 keluarga lagi ke rumah duplex yang sedang dibangun di tahap kedua, yang diharapkan selesai pada 24 Februari," jelas Harahap. Pembangunan ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk memastikan semua keluarga terdampak mendapatkan tempat tinggal sementara yang layak.
BNPB menargetkan penyediaan total 442 unit hunian sementara untuk sekitar 2.000 keluarga yang terdampak bencana vulkanik ini. Para pengungsi dipersilakan untuk tinggal di rumah-rumah ini sementara pemerintah menyiapkan lahan untuk rumah permanen. Upaya ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menangani dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah ini menunjukkan komitmen yang kuat dalam membantu para korban bencana alam. Selain relokasi dan bantuan finansial, pemerintah juga memberikan bantuan logistik dan pendidikan untuk memastikan kesejahteraan para pengungsi. Dengan adanya bantuan ini, diharapkan para korban dapat segera pulih dan bangkit kembali.
Bantuan yang diberikan meliputi:
- Hunian sementara
- Bantuan logistik
- Bantuan pendidikan
- Dana Tunggu Hunian (DTH) Rp600.000 per bulan selama enam bulan
Ke depannya, pemerintah akan terus memantau perkembangan situasi dan memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh para korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki hingga mereka dapat kembali membangun kehidupan normal.