Banjir Ekstrem di Sulsel: Tanggap Darurat Ditetapkan, Solusi Permanen Diperlukan
Penjabat Gubernur Sulsel menetapkan status tanggap darurat untuk banjir ekstrem yang melanda empat wilayah, dan menekankan perlunya solusi permanen untuk mengatasi masalah banjir berulang ini.
![Banjir Ekstrem di Sulsel: Tanggap Darurat Ditetapkan, Solusi Permanen Diperlukan](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/12/140447.503-banjir-ekstrem-di-sulsel-tanggap-darurat-ditetapkan-solusi-permanen-diperlukan-1.jpg)
Banjir ekstrem yang melanda empat kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan (Sulsel), yaitu Kabupaten Maros, Pangkep, Gowa, dan Kota Makassar, telah ditetapkan dalam status tanggap darurat. Hal ini diumumkan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel, Fadjry Djufry, pada Rabu, 12 Februari 2024, saat meninjau lokasi banjir di Blok 8 Perumnas Antang, Makassar. Banjir yang disebabkan hujan lebat beberapa hari terakhir ini telah berdampak signifikan terhadap ribuan warga.
Dampak Banjir dan Jumlah Korban
Pj Gubernur Djufry mengungkapkan bahwa ketinggian air di beberapa titik, seperti di Kecamatan Manggala, Makassar, mencapai ketinggian betis hingga dada orang dewasa. Bencana ini telah berdampak pada 1.098 jiwa. "Dari Pemprov dan Bupati Maros sudah memberikan bantuan," ujar Djufry, "Ini harus dipikirkan solusi permanen secara bersama-sama oleh pemimpin definitif nantinya."
Warga yang terdampak melaporkan bahwa banjir merupakan kejadian tahunan, bahkan di bulan Desember 2024 saja sudah terjadi banjir, dan tahun ini dampaknya jauh lebih besar dengan ketinggian air yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan perlunya penanganan yang lebih serius dan komprehensif.
Penyebab Banjir dan Solusi Jangka Panjang
Meskipun ada anggapan bahwa dibukanya pintu air Bendungan Bili-bili di Kabupaten Gowa menjadi penyebab utama banjir, Pj Gubernur Djufry menyatakan bahwa hal tersebut bukanlah satu-satunya faktor. Beliau menekankan pentingnya melihat faktor lain, seperti pendangkalan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan pengaruh lingkungan di sekitar Kota Makassar.
"Pasti ini (buka pintu air bendungan) bukan hanya satu faktor ini. Yang namanya Daerah Aliran Sungai (DAS) harus kita lihat, yang mana memberikan kontribusi yang besar terhadap banjir ini. Karena pasti ada beberapa faktor, termasuk pendangkalan DAS, pengaruh lingkungan di sekitar Kota Makassar," jelas Djufry.
Oleh karena itu, Djufry menekankan perlunya pendekatan terintegrasi dari hulu ke hilir untuk mengatasi masalah banjir yang berulang setiap tahun. Kerjasama antara Pemerintah Kota, Pemerintah Provinsi, dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sangat penting untuk mencari solusi permanen. "Ini pendekatannya harus terintegrasi dari hulu ke hilir, karena ini berulang tiap tahun, sehingga harus ada solusi permanen. Kita tidak inginkan ketika masuk bulan November, Desember, dan Januari, di Sulsel tenggelam (banjir berulang)," tegasnya.
Bantuan dan Penanganan Bencana
Selain meninjau lokasi banjir dan memberikan keterangan pers, Pj Gubernur Djufry juga menyalurkan bantuan pangan kepada korban terdampak di Perumnas Antang. Ia memastikan bahwa penanganan bencana banjir di daerah tersebut berjalan dengan baik dan terus dipantau.
Banjir di Sulsel tidak hanya terjadi di Kota Makassar, tetapi juga melanda Kabupaten Maros dan Pangkep. Hujan sedang hingga lebat selama beberapa hari terakhir telah meningkatkan debit air di sungai-sungai, memperparah situasi banjir. Pemerintah daerah berkomitmen untuk mencari solusi jangka panjang agar bencana serupa tidak terulang di masa mendatang.
Kesimpulannya, banjir ekstrem di Sulsel telah menimbulkan dampak yang signifikan dan menuntut penanganan serius. Status tanggap darurat telah ditetapkan, dan upaya mencari solusi permanen melalui kerjasama berbagai pihak menjadi kunci untuk mencegah terulangnya bencana ini di tahun-tahun mendatang. Mitigasi bencana yang terintegrasi dari hulu ke hilir menjadi sangat penting untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat Sulsel.