Banjir Klaten Rendam Dua Sekolah, Siswa Belajar di Rumah
Banjir di Klaten, Jawa Tengah, Selasa (21/1), merendam dua sekolah di Kecamatan Bayat dan menyebabkan siswa belajar dari rumah; genangan air juga sempat masuk ke rumah warga.
Banjir yang terjadi di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah sejak Selasa (21/1) menyebabkan dua sekolah, yaitu SDN 2 Krakitan dan TK Pertiwi di Kecamatan Bayat, terendam. Akibatnya, para siswa terpaksa diliburkan dan belajar di rumah.
Menurut Kepala BPBD Kabupaten Klaten, Syahruna, genangan air di ruang kelas SDN 2 Krakitan mencapai ketinggian 1-2 cm, sementara di halaman sekolah mencapai 20 cm pada pukul 07.40 WIB. Kondisi ini memaksa pihak sekolah untuk memberhentikan sementara kegiatan belajar mengajar.
Banjir di Klaten tidak hanya berdampak pada sekolah. Beberapa daerah juga terdampak, termasuk Dukuh Nglebak, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat; Dukuh Semawong, Desa Pundungsari; dan Dukuh Karanganyar, Desa Planggu, Kecamatan Trucuk. Ketinggian air dilaporkan berkisar antara 10-15 cm.
Syahruna menjelaskan bahwa penyebab banjir salah satunya adalah sistem drainase di pemukiman yang kurang memadai. Akibatnya, air meluap dan menggenangi pemukiman sebelum akhirnya mengalir ke Sungai Sosro. Meskipun air sempat masuk ke beberapa rumah warga, beruntungnya tidak ada warga yang sampai harus mengungsi.
Meskipun air sudah surut, BPBD Klaten mengimbau masyarakat untuk tetap waspada selama musim hujan. Masyarakat juga dihimbau untuk melakukan langkah-langkah antisipasi, seperti memangkas dahan pohon yang kering atau lapuk untuk mencegah potensi tumbangnya pohon saat angin kencang. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meminimalisir dampak bencana selanjutnya.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya pengelolaan drainase yang baik dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana alam, khususnya di musim penghujan. Kerja sama antara pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko dan dampak banjir di masa mendatang.
Peristiwa banjir di Klaten ini juga menyoroti pentingnya kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana alam. Memiliki rencana evakuasi dan prosedur darurat yang jelas dapat membantu meminimalisir dampak buruk terhadap siswa dan guru.