Banjir Kupang Rusak 23 Rumah dan 250 Hektar Lahan Persawahan
Wakil Gubernur NTT terpilih, Johny Asadoma, meninjau lokasi banjir di Kabupaten Kupang yang mengakibatkan kerusakan 23 rumah dan 250 hektar lahan pertanian, diduga akibat pembangunan jembatan yang tak sesuai kondisi alam.
![Banjir Kupang Rusak 23 Rumah dan 250 Hektar Lahan Persawahan](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/03/140051.352-banjir-kupang-rusak-23-rumah-dan-250-hektar-lahan-persawahan-1.jpg)
Banjir yang menerjang Desa Naitae, Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang, NTT, telah mengakibatkan kerusakan signifikan. Wakil Gubernur NTT terpilih, Johny Asadoma, menyatakan sebanyak 23 rumah warga rusak berat, bahkan rata dengan tanah akibat diterjang derasnya air. Kunjungannya ke lokasi bencana pada Senin lalu, mengungkap dampak yang lebih luas dari peristiwa ini.
Johny Asadoma, meskipun belum dilantik, merasa terpanggil untuk melihat langsung kondisi warga yang terdampak. Ia mendapatkan laporan langsung dari warga dan pemerintah desa setempat terkait kerusakan parah yang ditimbulkan banjir. Selain rumah warga, bencana alam ini juga menyebabkan sekitar 250 hektar lahan persawahan gagal panen, kerugian ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat setempat.
Diduga, banjir besar ini berkaitan erat dengan pembangunan sebuah jembatan di daerah tersebut sejak tahun 2021. Menurut laporan warga kepada Bapak Johny, sebelum pembangunan jembatan dengan sistem gorong-gorong tersebut, wilayah ini tidak pernah mengalami banjir. Namun, sejak jembatan tersebut dibangun, banjir terjadi setiap tahunnya, dan puncaknya terjadi pada pekan lalu. Warga setempat mendesak agar desain jembatan dikaji ulang dan disesuaikan dengan kondisi alam sekitar untuk mencegah kejadian serupa terulang.
Bukan hanya Desa Naitae yang terdampak. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kupang melaporkan tujuh rumah di Desa Tuakau mengalami kerusakan sedang. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Kupang, Smit Fanggi, menjelaskan Desa Naitae menjadi wilayah terparah karena letaknya yang diapit oleh jembatan. Saat banjir, air meluap dan langsung menerjang pemukiman warga.
BPBD Kabupaten Kupang telah menyalurkan bantuan logistik kepada para korban banjir. Bantuan ini sangat dibutuhkan mengingat banyaknya rumah yang rusak dan lahan pertanian yang gagal panen. Peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya memperhatikan aspek lingkungan dalam pembangunan infrastruktur agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.
Kesimpulannya, banjir di Kabupaten Kupang menimbulkan kerusakan yang cukup signifikan. Kerusakan 23 rumah di Desa Naitae dan 7 rumah di Desa Tuakau, serta 250 hektar lahan pertanian yang gagal panen, menjadi catatan penting. Peristiwa ini menyoroti perlunya evaluasi terhadap pembangunan infrastruktur dan penyesuaiannya dengan kondisi lingkungan setempat untuk mencegah bencana serupa di masa mendatang.
Kejadian ini juga menunjukkan kepedulian Wakil Gubernur terpilih yang langsung meninjau lokasi bencana dan memberikan perhatian pada masyarakat yang terdampak. Hal ini menunjukkan kesigapan pemerintah daerah dalam menangani bencana dan memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.