Banjir Morowali Utara: 875 KK Terdampak, Gubernur Sulteng Imbau Pencegahan Bencana
Banjir di Morowali Utara, Sulawesi Tengah, telah mengakibatkan 875 kepala keluarga terdampak dan Gubernur Sulawesi Tengah mengimbau pencegahan bencana.

Banjir yang melanda dua kecamatan di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, telah mengakibatkan dampak signifikan terhadap 875 kepala keluarga (KK) atau 2.904 jiwa. Bencana alam ini terjadi pada Senin, 24 Maret 2024, akibat intensitas hujan tinggi yang menyebabkan meluapnya sungai dan menggenangi pemukiman warga. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sulteng, Andi Sembiring, menyampaikan informasi ini dari Kota Palu pada Selasa, 25 Maret 2024.
Banjir merendam empat desa di Kecamatan Petasia Timur, yaitu Desa Ulula'a (160 KK), Desa Togo (281 KK), Desa Sampalowo (86 KK), dan Desa Moleono (113 KK). Di Kecamatan Petasia Barat, dua desa yang terdampak adalah Desa Bunta (30 KK) dan Desa Tompira (205 KK). Di Desa Moleono, selain rumah warga, satu bangunan masjid dan sekolah juga terdampak banjir. Kondisi ini menunjukkan betapa luasnya wilayah yang terdampak bencana tersebut.
Meskipun tidak ada korban jiwa yang dilaporkan, sebanyak 11 KK (36 jiwa) di Desa Bunta dan 5 jiwa di Desa Tompira terpaksa mengungsi. Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD setempat saat ini tengah berkoordinasi dengan aparat desa dan melakukan asesmen di lokasi bencana untuk memastikan kondisi terkini dan kebutuhan mendesak warga yang terdampak.
Dampak Banjir dan Kebutuhan Mendesak Warga
Berdasarkan hasil asesmen sementara, kebutuhan mendesak bagi warga terdampak meliputi logistik, kelambu, terpal, perlengkapan bayi, dan air bersih. Jumlah KK yang terdampak cukup besar, sehingga bantuan kemanusiaan skala besar sangat dibutuhkan untuk meringankan beban warga yang kehilangan tempat tinggal dan harta benda.
BPBD Sulteng mencatat rincian jumlah KK terdampak sebagai berikut: Desa Ulula'a (160 KK/490 jiwa), Desa Togo (281 KK/940 jiwa), Desa Sampalowo (86 KK/313 jiwa), Desa Moleono (113 KK/313 jiwa), Desa Bunta (30 KK/100 jiwa), dan Desa Tompira (205 KK/775 jiwa). Total keseluruhan mencapai 887 KK atau 2.904 jiwa.
Kondisi ini menuntut respon cepat dan terkoordinasi dari berbagai pihak, baik pemerintah daerah maupun lembaga kemanusiaan, untuk memastikan penyaluran bantuan tepat sasaran dan efisien.
Langkah Pencegahan Bencana dari Pemerintah
Menanggapi bencana ini, Gubernur Sulteng, Anwar Hafid, telah mengeluarkan surat edaran untuk mengantisipasi potensi ancaman banjir dan tanah longsor, khususnya selama periode Ramadhan dan Idul Fitri 1445 Hijriah. Surat edaran tersebut ditujukan kepada seluruh Bupati/Wali Kota di Sulawesi Tengah.
Gubernur mengimbau agar pemerintah daerah meningkatkan kewaspadaan dan melakukan berbagai upaya pencegahan bencana. Hal ini didasarkan pada prakiraan potensi banjir dan tanah longsor dari BMKG Stasiun Meteorologi Palu dan BPBD Sulteng. Pencegahan dianggap penting untuk meminimalisir dampak bencana yang mungkin terjadi.
Beberapa langkah pencegahan yang diimbau meliputi pengecekan jalur evakuasi dan tempat pengungsian, peningkatan koordinasi antar instansi, dan upaya mitigasi bencana seperti membersihkan saluran air, naturalisasi sungai, serta pembangunan dinding penahan.
Kesimpulan
Banjir di Morowali Utara menjadi pengingat penting akan pentingnya kesiapsiagaan dan upaya mitigasi bencana. Bantuan kemanusiaan terus disalurkan kepada warga terdampak, sementara pemerintah daerah dan provinsi berupaya untuk meningkatkan langkah-langkah pencegahan bencana di masa mendatang guna meminimalisir risiko kerugian jiwa dan harta benda.