Bengkayang Pacu Produktivitas Jagung, Dukung Ketahanan Pangan Nasional
Pemerintah Bengkayang dan Polres Bengkayang berkolaborasi meningkatkan produktivitas jagung melalui inovasi bioteknologi dan pupuk mikroba, bertujuan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan petani.

Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, tengah gencar meningkatkan produktivitas tanaman jagung. Kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Bengkayang dan Kepolisian Resor (Polres) Bengkayang menjadi kunci keberhasilan program ini yang diluncurkan pada 15 Februari 2024. Inovasi bioteknologi dan penggunaan pupuk mikroba diyakini sebagai solusi untuk meningkatkan hasil panen dan kesejahteraan petani setempat.
Inovasi Pertanian untuk Ketahanan Pangan
Kapolres Bengkayang, AKBP Teguh Nugroho, menjelaskan bahwa program ini menerapkan inovasi bioteknologi dalam budidaya jagung. Salah satu kunci utamanya adalah penggunaan pupuk mikroba. "Kita menerapkan inovasi bioteknologi budi daya jagung serta pupuk mikroba untuk menggenjot produktifitas tanaman jagung di Bengkayang bersama ahli pertanian," ujar AKBP Teguh Nugroho dalam keterangannya di Bengkayang.
Harapannya, peningkatan produktivitas ini akan berdampak positif pada kesejahteraan para petani jagung di Bengkayang. Program ini juga diposisikan sebagai upaya nyata dalam mendukung program ketahanan pangan nasional di tingkat Kabupaten.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bengkayang, Dr. Yulianus, menjelaskan peran aktif Dinas dalam program ini. "Kita mendukung dalam perencanaan dan penyediaan data, koordinasi dan komunikasi antara kelembagaan dan poktan serta masyarakat, dan pendampingan melalui tenaga penyuluh," jelasnya. Peran DKPP difokuskan pada perencanaan, koordinasi, dan pendampingan petani.
Peningkatan Signifikan Hasil Panen
Pakar pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Ali Zum Mashar, memberikan pandangan ilmiah terkait penggunaan pupuk mikroba. Beliau menyatakan bahwa pupuk mikroba dapat meningkatkan produktivitas jagung hingga dua hingga tiga kali lipat dibandingkan metode konvensional.
Lebih rinci, Prof. Mashar menjelaskan, "Jagung lokal yang biasanya memiliki maksimal 12 biji per baris, kini dapat ditingkatkan menjadi 18 hingga 22 biji per baris dengan penggunaan pupuk mikroba." Hal ini berdampak signifikan pada peningkatan produksi, dari rata-rata 4,9 ton per hektare menjadi minimal 9 ton, bahkan bisa mencapai 15-18 ton per hektare jika petani mengikuti standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan.
Dengan jaminan peningkatan produksi yang signifikan, Prof. Mashar optimis bahwa inovasi ini akan memberikan dampak positif bagi petani Bengkayang. "Saya yakin inovasi ini dapat membantu petani dalam meningkatkan hasil panen secara signifikan," tegasnya.
Dampak Positif bagi Petani dan Ketahanan Pangan
Program peningkatan produktivitas jagung di Bengkayang ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan nasional. Dengan hasil panen yang melimpah, Bengkayang dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan jagung dari daerah lain dan memperkuat ketahanan pangan di tingkat lokal.
Inovasi penggunaan pupuk mikroba dan penerapan bioteknologi dalam budidaya jagung menjadi contoh nyata bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan mendukung ketahanan pangan. Keberhasilan program ini diharapkan dapat menjadi model bagi daerah lain di Indonesia untuk meningkatkan produksi pangan dan kesejahteraan petani.
Langkah kolaboratif antara pemerintah daerah, kepolisian, dan pakar pertanian ini menunjukkan komitmen yang kuat dalam memajukan sektor pertanian dan mewujudkan ketahanan pangan nasional. Suksesnya program ini akan menjadi bukti nyata bahwa dengan inovasi dan kerja sama yang solid, peningkatan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan dapat terwujud.