BI Bali Antisipasi Inflasi Akibat Distribusi Elpiji 3 Kg
Bank Indonesia (BI) Bali mengantisipasi potensi inflasi akibat perubahan distribusi elpiji 3 kg, menekankan pentingnya sinergi dan strategi 4K untuk menjaga stabilitas harga.
![BI Bali Antisipasi Inflasi Akibat Distribusi Elpiji 3 Kg](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/05/220141.465-bi-bali-antisipasi-inflasi-akibat-distribusi-elpiji-3-kg-1.jpg)
Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali mengambil langkah proaktif dalam mengantisipasi potensi inflasi yang mungkin dipicu oleh perubahan kebijakan distribusi elpiji 3 kg. Kepala Perwakilan BI Bali, Erwin Soeriadimadja, menyatakan perlunya antisipasi lebih lanjut terkait kebijakan ini untuk mencegah kenaikan harga di tingkat konsumen. Pernyataan ini disampaikan pada Rabu, 5 Februari 2025, di Denpasar, Bali.
Strategi 4K dan Sinergi Antar Kabupaten/Kota
BI Bali berencana memperkuat sinergi dengan seluruh kabupaten/kota di Bali. Langkah ini bertujuan untuk mengimplementasikan strategi 4K dalam pengendalian inflasi. Strategi 4K sendiri mencakup ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga, dan komunikasi efektif. Dengan memperkuat kerja sama ini, diharapkan dampak perubahan distribusi elpiji dapat diminimalisir.
Polemik Distribusi Elpiji 3 Kg
Sebelumnya, Kementerian ESDM menetapkan kebijakan baru pada 1 Februari 2025, yang membatasi penjualan elpiji 3 kg hanya sampai di tingkat pangkalan. Kebijakan ini bertujuan untuk mencegah penjualan di tingkat pengecer yang melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET). Di Bali misalnya, HET ditetapkan sebesar Rp18.000 per tabung, namun realisasinya di tingkat pengecer mencapai Rp22.000-Rp23.000. Perubahan kebijakan ini sempat menimbulkan antrean panjang dan kelangkaan di beberapa daerah, bahkan harga di beberapa tempat mencapai Rp25.000 per tabung. Akibatnya, Presiden Prabowo Subianto membatalkan kebijakan tersebut dan mengembalikan distribusi ke tingkat pengecer, dengan rencana untuk menjadikan pengecer sebagai sub-pangkalan resmi.
Risiko Inflasi Lainnya
Selain distribusi elpiji, BI Bali juga mencermati beberapa risiko inflasi lainnya. Gangguan cuaca, misalnya, berpotensi mengganggu produktivitas pertanian dan peternakan, serta menghambat distribusi pangan. Kenaikan harga bensin non-subsidi juga berpotensi meningkatkan tarif angkutan dan harga minyak goreng. Sementara itu, harga emas perhiasan juga berpotensi meningkat seiring kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO) dan emas global. Untuk mengantisipasi hal ini, BI Bali mengajak seluruh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk menjaga stabilitas harga melalui peningkatan produktivitas pertanian dan efisiensi rantai pasok.
Inflasi di Bali Januari 2025
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali menunjukkan deflasi sebesar minus 0,02 persen pada Januari 2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,31 persen. Secara tahunan, inflasi di Bali mencapai 2,34 persen selama tahun 2024, masih berada dalam rentang sasaran.
Kesimpulan
Langkah antisipasi BI Bali terhadap potensi inflasi akibat perubahan distribusi elpiji 3 kg menunjukkan komitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi di daerah. Sinergi dan strategi yang tepat, dikombinasikan dengan pemantauan risiko inflasi lainnya, diharapkan mampu menjaga daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi Bali tetap stabil.