Inflasi Bali Januari 2025 Moderat, Tetap Perlu Diwaspadai
Penjabat Gubernur Bali menilai inflasi Januari 2025 sebesar 2,41 persen masih moderat, namun perlu diwaspadai faktor-faktor seperti cuaca ekstrem dan kenaikan harga beberapa komoditas.

Denpasar, 18 Februari 2025 - Penjabat Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya, menyatakan bahwa angka inflasi di Bali pada Januari 2025 tergolong moderat. Meskipun mencapai 2,41 persen (yoy), angka ini masih berada di bawah batas 2,5 persen dan lebih rendah dibandingkan angka inflasi Januari 2024 sebesar 2,61 persen. Pernyataan ini disampaikan dalam High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali.
Inflasi Moderat, Namun Perlu Kewaspadaan
Meskipun inflasi Bali lebih tinggi dari angka nasional (0,76 persen yoy), Sang Made Mahendra Jaya menekankan pentingnya menjaga inflasi tetap berada dalam target, yaitu 2,5 persen ± 1 persen. Menurutnya, angka inflasi yang lebih rendah dibandingkan tahun lalu mengindikasikan aktivitas ekonomi yang sehat dan daya beli masyarakat yang baik. Namun, beberapa faktor perlu diwaspadai untuk menjaga stabilitas ekonomi Bali.
Beberapa faktor penyebab inflasi Januari 2025 meliputi gangguan cuaca ekstrem yang mempengaruhi produksi dan distribusi pangan, kenaikan harga BBM, kebijakan distribusi gas elpiji 3 kg, serta peningkatan harga Crude Palm Oil (CPO) dan emas global yang berdampak pada harga minyak goreng dan perhiasan. Selain itu, peningkatan permintaan canang sari dan sembako menjelang Februari-Maret juga diperkirakan berkontribusi pada inflasi.
Pertumbuhan Ekonomi Bali yang Positif
Di tengah tantangan inflasi, Sang Made juga menyampaikan kabar positif. Pertumbuhan ekonomi Bali pada tahun 2024 mencapai 5,48 persen, melampaui rata-rata nasional sebesar 5,03 persen. TPID Bali didorong untuk terus menjaga pertumbuhan ekonomi Bali tetap positif di atas 5 persen guna mendukung daya beli masyarakat.
Sektor Pangan sebagai Penyumbang Inflasi Terbesar
Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menambahkan bahwa meskipun inflasi masih dalam batas aman, kewaspadaan tetap diperlukan. Ia mencatat sektor makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang inflasi terbesar, mencapai 8,36 persen. Beberapa komoditas hortikultura juga mengalami inflasi. Oleh karena itu, fokus utama tetap pada stabilitas sektor makanan dan minuman.
Erwin juga menyinggung beberapa tantangan global dan nasional yang perlu diwaspadai, seperti perang dagang, krisis energi, hari besar keagamaan, dan libur panjang. Di tingkat lokal, berkurangnya luas lahan sawah menjadi tantangan internal yang perlu diatasi dengan memperkuat sektor pertanian dan perikanan untuk ketahanan pangan Bali.
Langkah Strategis TPID Bali
Dalam HLM TPID Bali, disepakati tiga langkah strategis untuk menjaga inflasi: pertama, menjaga inflasi 2025 pada kisaran 2,5 persen ± 1 persen; kedua, menjaga inflasi komponen Volatile Food (VF) pada kisaran 3,5–5,0 persen; dan ketiga, memperkuat koordinasi pusat dan daerah dengan menetapkan Peta Jalan Pengendalian Inflasi 2025–2027. Langkah-langkah ini diharapkan mampu menjaga stabilitas ekonomi Bali di tengah tantangan inflasi yang ada.