BI Dukung UMKM NTT Lewat Peningkatan Kapasitas Ekonomi Kreatif
Bank Indonesia (BI) NTT berupaya meningkatkan kapasitas UMKM lokal untuk mengembangkan ekonomi kreatif, mengatasi tantangan seperti akses pasar dan permodalan, serta membangun brand awareness produk lokal.

Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Timur (NTT) gencar meningkatkan kapasitas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di wilayah tersebut. Langkah ini dipicu oleh potensi besar UMKM NTT di sektor ekonomi kreatif, meskipun kontribusinya masih terbatas. Kepala Perwakilan BI NTT, Agus Sistyo Widjajati, mengungkapkan hal ini dalam sebuah pernyataan di Kupang pada 13 Februari 2024.
Potensi Besar, Tantangan Terbentang
Agus Sistyo Widjajati menekankan bahwa NTT memiliki beragam produk ekonomi kreatif UMKM berkualitas, seperti wastra dan kriya. Namun, ia mengakui bahwa kontribusi sektor ini terhadap perekonomian daerah masih belum optimal. Oleh karena itu, BI NTT berkomitmen untuk mengembangkan dan mengkoordinasikan berbagai pihak terkait dalam upaya memaksimalkan potensi ekonomi kreatif secara sinergis dan masif.
Untuk mencapai tujuan tersebut, BI NTT menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema "Ekonomi kreatif sebagai sumber perekonomian NTT." Kegiatan ini melibatkan sekitar 15 UMKM dan menghadirkan narasumber ahli, yaitu Dr. Dwinita Larasati dari Executive Committee Indonesia Creative Cities Network (ICCN) dan Ida Bagus Agung Gunarthawa, Co-founder Samsara Living Museum.
Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif
Dr. Dwinita Larasati memaparkan empat pilar utama pengembangan ekonomi kreatif: budaya sebagai inspirasi, inovasi dan solusi kreatif, teknologi sebagai pendukung proses kreatif, dan media untuk promosi dan branding. Ia juga menekankan pentingnya membangun jaringan, menghubungkan permintaan dan penawaran, serta menyusun strategi pemasaran dan distribusi yang efektif untuk membuka lapangan kerja yang inklusif dan mencapai kesuksesan finansial.
Sementara itu, IB Agung Gunarthawa menyoroti pentingnya pengembangan nilai keunikan produk UMKM. Ia mengakui adanya tantangan seperti keterbatasan keterampilan UMKM, akses pasar dan permodalan yang terbatas, serta persaingan dengan produk luar daerah. "Menyikapi hal tersebut, pengembangan UMKM kreatif di daerah yang penuh tantangan seperti NTT memerlukan brand awareness yang menjadi nilai jual produk," ujarnya.
Branding Lokal untuk Daya Saing Global
Kepala BI NTT berharap FGD tersebut dapat menjadi langkah awal dalam menentukan branding daerah untuk mengangkat produk unggulan lokal. "Branding ini akan diperkuat dengan strategi komunikasi yang tepat, agar mampu menarik pembeli dan investor sesuai target pasarnya," tegas Agus Sistyo Widjajati. Ia menambahkan bahwa ekosistem ekonomi kreatif yang kuat diharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi NTT yang inklusif.
BI NTT menyadari pentingnya peningkatan kapasitas UMKM. Dengan dukungan pelatihan, pendampingan, dan akses permodalan, diharapkan UMKM di NTT dapat semakin berdaya saing, baik di pasar lokal maupun nasional. Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis ekonomi kreatif.
Melalui kolaborasi antara BI, UMKM, dan para ahli, diharapkan ekonomi kreatif di NTT dapat berkembang pesat dan berkontribusi signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. BI NTT berkomitmen untuk terus mendukung dan memfasilitasi UMKM dalam mengembangkan potensi ekonomi kreatifnya.
Kesimpulan
Inisiatif BI NTT dalam meningkatkan kapasitas UMKM melalui pengembangan ekonomi kreatif merupakan langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif di NTT. Dengan fokus pada branding, inovasi, dan akses pasar, diharapkan UMKM lokal dapat semakin berdaya saing dan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.