BNN Bali Sita 1,4 Kg Sabu, Tiga Residivis Ditangkap
Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali mengungkap jaringan narkoba di Denpasar dan menyita 1,4 kg sabu dari tiga residivis yang telah berulang kali terlibat kasus serupa.

Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Bali berhasil mengungkap kasus peredaran gelap narkoba di Denpasar dengan menyita barang bukti 1,4 kilogram sabu. Tiga orang residivis, masing-masing berinisial WR (45), SP (51), dan PHS (37), telah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka. Pengungkapan kasus ini bermula dari informasi intelijen yang diterima BNNP Bali pada Kamis, 9 Januari 2024.
Penangkapan pertama dilakukan terhadap WR di daerah Ubung, Denpasar. Dari WR, petugas mengamankan 45,51 gram sabu siap edar. Pengakuan WR mengarah pada SP, yang kemudian ditangkap di Sesetan bersama PHS. Dari SP dan PHS, petugas mengamankan tambahan 10,52 gram sabu.
Penggeledahan di rumah SP di daerah Monang Maning, Denpasar, pada Jumat, 10 Januari 2024, membuahkan hasil signifikan. Dengan bantuan Unit Satwa K9 dan disaksikan oleh kepala lingkungan serta pecalang, petugas menemukan 1.447,57 gram sabu terkubur di halaman rumah SP. Sabu tersebut dikemas dalam kemasan teh Cina merk QING SHAN.
Jaringan Peredaran Narkoba di Denpasar Dibongkar
Kepala BNNP Bali, Brigjen Pol. Rudy Ahmad Sudrajat, menjelaskan bahwa ketiga tersangka merupakan residivis kasus narkoba. SP pernah ditangkap pada tahun 2017 dan baru bebas pada tahun 2022. PHS bebas dari penjara pada tahun 2021, sementara WR baru bebas pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan betapa lihainya jaringan ini beroperasi dan bagaimana para tersangka kembali terlibat setelah menjalani hukuman.
Brigjen Pol. Rudy Ahmad Sudrajat menambahkan bahwa jaringan ini cukup lihai dan memiliki jaringan yang luas di wilayah Denpasar. Pengungkapan kasus ini diharapkan dapat memutus mata rantai peredaran gelap narkoba di Bali. Pihaknya juga berharap agar para tersangka dijatuhi hukuman yang setimpal atas perbuatannya.
Proses penggeledahan melibatkan berbagai pihak, termasuk kepala lingkungan dan pecalang setempat, untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas proses hukum. Keberadaan Unit Satwa K9 BNNP Bali juga menunjukkan keseriusan BNN dalam memberantas peredaran narkoba di Bali.
Ancaman Hukuman Berat Menanti Para Tersangka
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, para tersangka terancam hukuman berat. Pasal 114 ayat (2) atau Pasal 112 ayat (2) UU tersebut mengatur ancaman hukuman mati, penjara seumur hidup, atau penjara paling singkat 6 tahun dan paling lama 20 tahun.
Kasus ini sekali lagi menyoroti pentingnya upaya pencegahan dan pemberantasan narkoba di Indonesia. Kerja sama antara BNN, aparat penegak hukum lainnya, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari pengaruh narkoba.
Dengan terungkapnya kasus ini, diharapkan dapat memberikan efek jera bagi para pelaku dan menekan angka peredaran gelap narkoba di Bali. BNN Provinsi Bali berkomitmen untuk terus melakukan pengawasan dan penindakan terhadap segala bentuk kejahatan narkoba di wilayahnya.
Keberhasilan pengungkapan kasus ini juga menunjukkan pentingnya peran informasi intelijen dalam memberantas peredaran gelap narkoba. Informasi dari masyarakat sangat membantu pihak berwajib dalam mengungkap jaringan narkoba yang tersembunyi dan beroperasi secara terorganisir.