BRI Dukung Kebijakan Baru Devisa Hasil Ekspor SDA: Penguatan Rupiah dan Perekonomian Nasional
BRI menyatakan siap mendukung kebijakan baru pemerintah terkait devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA) yang bertujuan memperkuat rupiah dan cadangan devisa, berdampak positif bagi perbankan dan perekonomian Indonesia.

JAKARTA, 30 Januari 2024 - Direktur Utama BRI, Sunarso, menyatakan kesiapan bank tersebut untuk menjalankan kebijakan baru pemerintah mengenai devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA). Kebijakan ini diumumkan oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, mewajibkan seluruh DHE SDA disimpan di dalam negeri selama satu tahun. Langkah ini diharapkan akan memberikan dampak positif signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
Sunarso menyampaikan dukungan penuh BRI terhadap kebijakan ini. BRI siap memfasilitasi dan mengamankan pengendapan DHE SDA hingga jangka waktu satu tahun. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Sunarso saat ditemui di acara BRI Microfinance Outlook 2025 di Tangerang, Banten.
Kebijakan DHE SDA ini diyakini akan berdampak positif terhadap penguatan nilai tukar rupiah dan peningkatan cadangan devisa. Penguatan rupiah dan cadangan devisa ini, menurut Sunarso, akan memberikan dampak positif berkelanjutan pada sektor perbankan dan perekonomian nasional secara keseluruhan. Sehingga, kebijakan ini dinilai sebagai langkah strategis untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Pemerintah, melalui kerjasama dengan Bank Indonesia (BI), telah menyediakan insentif berupa tarif Pajak Penghasilan (PPh) 0 persen untuk bunga atas instrumen penempatan devisa hasil ekspor. Selain itu, eksportir dapat menggunakan instrumen penempatan DHE sebagai jaminan kredit rupiah baik dari bank maupun Lembaga Pengelola Investasi (LPI).
Lebih lanjut, Menko Airlangga menjelaskan bahwa instrumen penempatan DHE sebagai agunan akan dikecualikan dari Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK). Hal ini bertujuan agar rasio utang perusahaan tidak terpengaruh secara negatif. Kebijakan ini dirancang untuk memberikan insentif yang seimbang bagi eksportir dan stabilitas sistem keuangan.
Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), turut memberikan pandangan positifnya terhadap kebijakan ini. Menurutnya, kebijakan DHE SDA akan meningkatkan likuiditas valuta asing (valas) domestik. Hal ini akan berdampak pada peningkatan simpanan valas di bank-bank dalam negeri.
Peningkatan simpanan valas ini akan memperkuat posisi bank dalam menyalurkan kredit valas. Keuntungannya akan dirasakan oleh para eksportir, khususnya di sektor SDA. Namun, Bhima menekankan bahwa kebijakan ini lebih terfokus pada eksportir SDA dengan nilai ekspor yang besar, sehingga pelaku usaha menengah kecil tidak terlalu terdampak.
Kesimpulannya, kebijakan baru DHE SDA mendapat sambutan positif dari berbagai pihak. Kebijakan ini diharapkan mampu memperkuat nilai tukar rupiah, meningkatkan cadangan devisa, dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan. BRI, sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, siap berperan aktif dalam mensukseskan kebijakan ini.