Bupati Buleleng Serukan Toleransi Antar Umat Beragama di Perayaan Nyepi dan Idul Fitri
Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra, menyerukan pentingnya toleransi antar umat beragama dalam menyambut Hari Suci Nyepi dan Idul Fitri yang hampir bersamaan, demi menciptakan perayaan yang damai dan harmonis.

Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra, mengajak seluruh masyarakatnya untuk meningkatkan rasa solidaritas dan toleransi antarumat beragama dalam rangka menyambut Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1947 dan Idul Fitri 1446 Hijriah. Pernyataan ini disampaikan usai menghadiri persembahyangan bersama dalam rangka Tawur Kesanga Balik Sumpah di Areal Catus Pata Buleleng, Jumat, 28 Maret 2025. Kedekatan waktu perayaan Nyepi dan Idul Fitri menjadi momentum penting untuk memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan toleransi di Kabupaten Buleleng.
Sutjidra menekankan pentingnya saling menghargai dan menghormati perbedaan keyakinan dalam konteks perayaan keagamaan ini. Menurutnya, semangat toleransi akan menjamin kelancaran, keamanan, dan kedamaian baik dalam pelaksanaan Catur Brata Penyepian bagi umat Hindu maupun Salat Id bagi umat Islam. "Itu (toleransi dan saling menghargai) yang menjadi harapan dan sekaligus imbauan kami sebagai kepala dan wakil kepala daerah. Agar semua berjalan dengan lancar," katanya.
Selain menyerukan toleransi, Bupati Sutjidra juga menyampaikan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan Pengerupukan Festival yang akan digelar pada sore hari setelah Tawur Kesanga. Festival ini, yang pertama kali diselenggarakan oleh Desa Adat Buleleng, akan dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh dan pertunjukan dari para pemuda. Dukungan ini sejalan dengan visi pembangunan Kabupaten Buleleng lima tahun ke depan yang memprioritaskan pelestarian adat, seni, dan budaya.
Penguatan Budaya Melalui Lomba Ogoh-ogoh
Bupati Sutjidra mengungkapkan komitmennya untuk lebih memasifkan pelestarian budaya di kalangan anak muda, khususnya dalam pembuatan ogoh-ogoh menjelang Hari Suci Nyepi. Langkah konkret yang akan diambil adalah dengan menyelenggarakan lomba pembuatan ogoh-ogoh tingkat Kabupaten Buleleng. Lomba ini tidak hanya akan melibatkan desa adat, tetapi juga pemuda dari seluruh penjuru Kabupaten Buleleng.
Dengan adanya lomba ini, diharapkan kreativitas dan minat generasi muda dalam melestarikan tradisi pembuatan ogoh-ogoh dapat terus meningkat. "Lombanya akan lebih besar lagi kita libatkan. Pemuda di seluruh Kabupaten Buleleng yang mau mengikuti. Kita akan gelar lomba itu karena pelestarian adat, seni dan budaya merupakan salah satu program prioritas kami," imbuhnya. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam menjaga dan mengembangkan warisan budaya lokal.
Partisipasi aktif generasi muda dalam kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat rasa kebanggaan dan kecintaan terhadap budaya lokal. Dengan demikian, tradisi pembuatan ogoh-ogoh tidak hanya sekadar perayaan ritual semata, tetapi juga menjadi bagian dari proses pembelajaran dan pelestarian nilai-nilai budaya.
Tawur Kesanga dan Maknanya
Upacara Tawur Kesanga, yang dilaksanakan sehari sebelum Hari Suci Nyepi, memiliki makna penting sebagai upacara penyucian dan permohonan keseimbangan alam semesta. Upacara ini merupakan bagian integral dari rangkaian perayaan Nyepi yang bertujuan untuk menyucikan diri dan lingkungan sebelum umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian.
Dengan adanya momentum Nyepi dan Idul Fitri yang berdekatan, Bupati Sutjidra berharap dapat menjadi kesempatan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan antar umat beragama di Kabupaten Buleleng. Semangat toleransi dan saling menghormati diharapkan dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya pada momen perayaan keagamaan saja.
Melalui berbagai program dan kegiatan yang mendukung pelestarian budaya dan toleransi antar umat beragama, Pemerintah Kabupaten Buleleng berupaya menciptakan suasana yang harmonis dan damai bagi seluruh warganya.