Disdikpora DIY Perketat Pengawasan MBG usai Temuan Ulat di Nasi Siswa SMK
Disdikpora DIY meningkatkan pengawasan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) setelah ditemukan ulat dalam nasi di SMK Negeri 4 Yogyakarta, dengan menekankan pengecekan ketat kebersihan dan kelayakan pangan oleh SPPG.

Sebuah temuan ulat dalam nasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMK Negeri 4 Yogyakarta telah mendorong Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk memperketat pengawasan terhadap kelayakan pangan program tersebut. Kejadian ini terjadi pada Selasa, 6 Mei 2024, dan menyebabkan trauma pada siswa yang bersangkutan. Kepala Disdikpora DIY, Suhirman, menegaskan pentingnya evaluasi menyeluruh untuk mencegah terulangnya insiden serupa.
Suhirman menjelaskan bahwa Disdikpora DIY telah berkoordinasi dengan seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dan sekolah-sekolah penerima MBG. "Kami sudah koordinasi dengan SPPG dan sekolah. Semuanya itu sebelum (makanan) disampaikan ke sekolah-sekolah, harus dicek kebersihannya, kesehatannya, menunya, dan seterusnya," ujarnya. Pengawasan ini mencakup kebersihan, kesehatan makanan, dan menu yang disajikan sebelum didistribusikan ke sekolah.
Meskipun Suhirman menyatakan bahwa kasus ulat dalam nasi hanya satu dari ribuan porsi makanan yang disajikan, peristiwa ini tetap menjadi perhatian serius. Pihaknya menyadari bahwa pengawasan yang lebih ketat sangat dibutuhkan untuk menjamin keamanan dan kualitas makanan yang diberikan kepada siswa melalui program MBG.
Pengawasan Ketat dan Peran SPPG
Pengawasan teknis MBG, termasuk pemilihan menu dan penyajiannya, menjadi tanggung jawab utama SPPG. Disdikpora DIY berperan sebagai jembatan komunikasi antara sekolah dan SPPG, serta mendorong evaluasi bersama jika ada laporan kekurangan. "Kalau ada beberapa hal yang sekiranya kurang maksimal, itu bisa dimaksimalkan dalam pelayanan makan bergizi gratis ini," kata Suhirman. Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY juga dilibatkan sejak awal program untuk memastikan kandungan gizi dan kelayakan menu.
Sekolah diberikan keleluasaan untuk menyampaikan laporan atau keluhan langsung kepada SPPG masing-masing. Suhirman menekankan pentingnya peran sekolah dalam mengawasi dan melaporkan setiap permasalahan yang ditemukan terkait kualitas makanan MBG. Kerja sama yang erat antara sekolah, SPPG, dan Disdikpora DIY sangat krusial untuk keberhasilan program ini.
Meskipun pelaksanaan MBG mungkin menambah beban kerja sekolah, Suhirman mengingatkan akan manfaat yang jauh lebih besar, terutama dalam pembentukan karakter siswa. "Kalau menambah pekerjaan, iya. Tapi itu kan untuk kepentingan bersama. Manfaat bagi siswa lebih banyak daripada tenaga yang dikeluarkan. Salah satu dari tugas guru dan sekolah ya membantu untuk pelaksanaannya MBG ini," jelasnya. Pembiasaan berdoa sebelum makan dan menjaga kebersihan setelah makan, misalnya, merupakan bagian dari pembinaan karakter siswa.
Program MBG dan Partisipasi Siswa
Saat ini, Program MBG masih berjalan sebagai pilot project di lima sekolah di DIY. Ke depan, jumlah sekolah peserta akan terus bertambah seiring evaluasi dan kesiapan sekolah. Disdikpora DIY membuka ruang partisipasi siswa dalam memberikan masukan, termasuk usulan menu, waktu penyajian, dan penanganan kasus makanan tidak layak konsumsi.
Siswa didorong untuk aktif memberikan umpan balik mengenai program MBG. "Siswa-siswa memberikan masukan. Seperti apa yang harusnya menunya, kemudian jamnya jam berapa tepatnya. Termasuk juga kalau ada kejadian seperti kemarin, itu kita sampaikan ke guru dan kepala sekolahnya," ujar Suhirman. Masukan ini akan digunakan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas program MBG.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMKN 4 Yogyakarta, Widiatmoko Herbimo, membenarkan temuan ulat pada makanan MBG beberapa hari sebelum wawancara. Ia menyatakan bahwa kejadian serupa bukan yang pertama kali terjadi, bahkan sudah terjadi enam atau tujuh kali sebelumnya. Selain ulat, ada juga menu yang tidak lengkap, seperti lauk tempe yang seharusnya ada tetapi tidak disertakan. Sekolah langsung mengganti makanan dan melaporkan kejadian tersebut kepada penyedia makanan.
Kejadian ini menjadi pembelajaran berharga bagi semua pihak yang terlibat dalam Program MBG. Dengan pengawasan yang lebih ketat dan partisipasi aktif dari semua pemangku kepentingan, diharapkan program ini dapat berjalan lebih efektif dan memberikan manfaat maksimal bagi siswa di DIY.