Fakta Unik: Urbanisasi Jadi Penyumbang Kasus Stunting di Kabupaten Bekasi, Bagaimana Penanganannya?
Angka stunting di Kabupaten Bekasi dipengaruhi oleh urbanisasi, dengan temuan kasus 'impor' dari pendatang. Simak upaya pemerintah daerah menekan prevalensi stunting.

Kabupaten Bekasi menghadapi tantangan unik dalam upaya penurunan angka stunting, di mana faktor urbanisasi teridentifikasi sebagai salah satu penyumbang signifikan. Hasil mitigasi dan riset yang dilakukan oleh perangkat daerah terkait menunjukkan adanya kasus stunting yang dibawa oleh warga pendatang. Fenomena ini menjadi karakteristik tersendiri yang tidak banyak ditemukan di daerah lain di Jawa Barat, mengingat masifnya aktivitas kawasan industri di Bekasi yang menarik banyak perantau.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Alamsyah, mengonfirmasi adanya "imported case" yang memengaruhi prevalensi stunting di wilayahnya. Pada tahun 2024, setidaknya tiga kasus tumbuh kembang anak dari warga pendatang telah teridentifikasi, dua di Desa Mangunjaya, Tambun Selatan, dan satu di Desa Pasirgombong, Cikarang Utara. Kasus-kasus ini muncul ketika orang tua pendatang, yang diterima bekerja di perusahaan, membawa serta anak-anak mereka yang ternyata mengalami stunting.
Penanganan kasus stunting ini memerlukan pendekatan khusus, terutama karena beberapa orang tua enggan memeriksakan anak mereka ke fasilitas kesehatan. Oleh karena itu, Puskesmas di Kabupaten Bekasi dituntut untuk lebih proaktif dalam memantau kondisi anak-anak, termasuk dengan mendatangi langsung rumah-rumah kontrakan. Metode penanganan yang diterapkan pun mirip dengan penanganan COVID-19, di mana setiap kasus ditangani secara penuh hingga anak benar-benar pulih dan tumbuh kembangnya normal.
Kasus Stunting 'Impor' dan Tantangan Penanganan
Dampak urbanisasi terhadap angka stunting di Kabupaten Bekasi menjadi perhatian utama pemerintah daerah. Adanya kasus stunting yang dibawa oleh warga pendatang, atau yang disebut sebagai "imported case," menambah kompleksitas upaya penanganan. Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi menemukan bahwa beberapa keluarga pendatang yang baru tiba di wilayah tersebut membawa anak-anak dengan kondisi stunting, yang kemudian ditindaklanjuti secara intensif oleh puskesmas setempat.
Alamsyah menjelaskan bahwa penanganan kasus stunting ini mengadopsi metode yang serupa dengan penanganan pandemi COVID-19. Setiap kasus ditangani secara komprehensif, mulai dari identifikasi hingga pemulihan penuh. Contohnya, Puskesmas akan menindaklanjuti kasus yang ditemukan di rumah kontrakan, dan dalam waktu tiga hingga sembilan bulan, diharapkan tumbuh kembang anak sudah menunjukkan perbaikan signifikan dan kembali normal.
Tantangan lain dalam penanganan kasus stunting adalah sulitnya menjangkau warga yang tinggal di rumah kontrakan dan enggan memeriksakan anak mereka. Oleh karena itu, Puskesmas didorong untuk lebih aktif dalam melakukan pemantauan langsung ke permukiman padat penduduk dan rumah-rumah kontrakan. Pendekatan proaktif ini penting untuk memastikan semua kasus teridentifikasi dan mendapatkan intervensi yang diperlukan.
Strategi Komprehensif Penurunan Stunting di Kabupaten Bekasi
Meskipun menghadapi tantangan unik dari urbanisasi, Kabupaten Bekasi menunjukkan kemajuan signifikan dalam menekan angka stunting. Asisten Daerah Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Bekasi, Sri Enni Mainiarty, melaporkan penurunan prevalensi stunting dari 23,2 persen pada tahun 2023 menjadi 18,4 persen pada akhir tahun yang sama. Data dari Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat secara elektronik (e-PPGBM) Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi mencatat 3.948 kasus tumbuh kembang anak di wilayah tersebut.
Pemerintah Kabupaten Bekasi melibatkan berbagai pihak, termasuk instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat, dalam upaya penanganan stunting yang komprehensif. Sri Enni menyebutkan adanya delapan aksi konvergensi yang diterapkan untuk mempercepat penurunan angka stunting. Aksi-aksi ini meliputi analisis situasi, sosialisasi, pembinaan, pengurangan risiko, hingga intervensi anggaran dan kontribusi swasta melalui program CSR.
Upaya penurunan angka stunting tidak hanya berfokus pada balita, tetapi juga pada intervensi dini yang dimulai sejak sebelum menikah. Program ini mencakup penguatan nutrisi bagi perempuan, termasuk remaja putri, dengan pemberian tablet tambah darah dan edukasi kesehatan. Pendekatan holistik ini bertujuan untuk mempersiapkan kesehatan calon ibu, sehingga dapat mencegah stunting sejak dini dan memastikan generasi mendatang memiliki tumbuh kembang yang optimal.