Harga Sapi Anjlok Akibat PMK, Pedagang Tulungagung Merugi
Wabah PMK yang merebak sejak Desember 2024 menyebabkan harga sapi di Tulungagung anjlok hingga Rp2 juta, membuat pedagang merugi dan pasar hewan sepi.

Tulungagung, Jawa Timur, 14 Februari 2025 - Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang kembali merebak sejak Desember 2024 berdampak signifikan terhadap perekonomian pedagang sapi di Tulungagung. Penurunan harga jual sapi yang cukup drastis dan pasar yang lesu membuat mereka mengeluhkan kerugian yang dialami selama dua bulan terakhir.
Pasar Sepi, Harga Anjlok
Pembukaan kembali Pasar Hewan Terpadu (PHT) Tulungagung pada pekan pertama Februari 2025 tak memberikan angin segar bagi para pedagang. Nanang, pedagang sapi asal Kras, Kediri, mengungkapkan bahwa harga sapi belum stabil dan pasaran sepi. "Turunnya lumayan. Harga belum stabil dan pasaran sepi karena pedagang harus berfikir dua kali kalau membeli karena (pengaruh wabah) PMK," ujarnya saat mengunjungi PHT Tulungagung.
Senada dengan Nanang, Agus, pedagang sapi asal Tanggunggunung, juga merasakan dampak buruk wabah PMK. Harga sapi miliknya yang biasanya laku Rp15 juta, kini hanya laku Rp13 juta. "Biasanya sapi saya laku Rp15 juta, sekarang hanya Rp13 juta. Pasar sepi, harga anjlok," keluh Agus.
Penurunan harga sekitar Rp2 juta ini membuat Agus mengurangi jumlah sapi yang dibawa ke pasar. Biasanya membawa enam ekor, kali ini ia hanya membawa tiga ekor saja. "Saya tidak bisa menahan sapi terlalu lama. Uang hasil penjualan harus segera diputar," jelasnya.
Dampak PMK terhadap Perdagangan Sapi
Minimnya pedagang dan pembeli membuat aktivitas perdagangan di PHT Tulungagung sangat lesu. Jumlah sapi yang masuk pasar juga menurun drastis. Harmanto, Koordinator PHT Tulungagung, mengungkapkan bahwa biasanya ada sekitar 750 ekor sapi, namun pada hari pembukaan kembali hanya ada 208 ekor, sebagian besar dari pedagang lokal.
Kondisi ini berdampak pada pendapatan retribusi pasar. Pendapatan retribusi hanya Rp520 ribu dari 208 ekor sapi, jauh lebih rendah dibandingkan hari normal yang mencapai Rp1,8 juta dari 750 ekor sapi. Meskipun demikian, PHT Tulungagung tetap beroperasi sesuai arahan pemerintah daerah.
"Selama belum ada instruksi penutupan, pasar tetap dibuka," tegas Harmanto. Ia juga menambahkan bahwa pasar akan mengikuti instruksi jika ada kebijakan penutupan kembali.
Upaya Mengatasi Dampak PMK
Meskipun pemerintah daerah belum mengeluarkan kebijakan penutupan kembali pasar, pedagang berharap agar pemerintah dapat memberikan solusi untuk mengatasi dampak PMK ini. Bantuan berupa vaksinasi massal, edukasi pencegahan PMK, dan mungkin juga bantuan finansial dapat membantu meringankan beban para pedagang yang sedang mengalami kesulitan.
Penurunan harga sapi dan sepinya pasar hewan ini menjadi bukti nyata betapa besar dampak wabah PMK terhadap perekonomian masyarakat, khususnya para pedagang sapi di Tulungagung. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah dan para stakeholders terkait untuk mengatasi wabah ini dan memulihkan perekonomian para pedagang.
Kesimpulan
Wabah PMK telah memberikan pukulan telak bagi para pedagang sapi di Tulungagung. Penurunan harga yang signifikan dan sepinya pasar membuat mereka mengalami kerugian besar. Pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk membantu para pedagang agar dapat kembali pulih dari dampak ekonomi wabah PMK ini.