IHSG Diperkirakan Menguat, Pasar Menanti Data PMA Kuartal I-2025
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat di tengah sikap wait and see pelaku pasar terhadap data Penanaman Modal Asing (PMA) kuartal I-2025 dan dinamika perdagangan AS-China.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan menguat pada Selasa, 29 April 2025, di tengah sikap wait and see pelaku pasar terhadap data Penanaman Modal Asing (PMA) kuartal I-2025. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk realisasi PMA Indonesia dan dinamika perdagangan global, khususnya antara Amerika Serikat (AS) dan China. Pergerakan IHSG mencerminkan sentimen pasar yang masih berhati-hati dalam merespon berbagai perkembangan ekonomi global dan domestik.
IHSG dibuka menguat 26,02 poin atau 0,39 persen ke posisi 6.748,99. Kenaikan ini menunjukkan optimisme terbatas di pasar saham Indonesia. Namun, masih dibutuhkan kepastian lebih terkait data PMA dan perkembangan ekonomi global untuk mendorong penguatan yang lebih signifikan.
Senior Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan, memprediksi IHSG berpeluang menutup gap di level 6.770 sampai 6.870 pada pekan ini. Prediksi ini menunjukkan potensi penguatan yang masih terbatas, mencerminkan ketidakpastian yang masih membayangi pasar.
Analisa IHSG: Pertimbangan PMA dan Kebijakan Global
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergerakan IHSG adalah realisasi PMA Indonesia. Data PMA kuartal IV-2024 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, sebesar 33,3 persen year on year (yoy) menjadi Rp245,8 triliun. Namun, isu kebijakan tarif impor AS yang mulai bergaung pada kuartal I-2025 menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap investasi asing.
Kebijakan tarif AS tersebut, bersamaan dengan sejumlah kebijakan domestik, memicu sikap wait and see dari pelaku pasar. Para investor cenderung menunggu kejelasan lebih lanjut sebelum mengambil keputusan investasi yang lebih besar. Hal ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap ketidakpastian kebijakan.
Di sisi lain, dinamika perdagangan AS-China juga menjadi perhatian utama. AS terus berupaya mendorong negosiasi dengan China, meskipun China belum membuka ruang negosiasi. Pernyataan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang mendesak China untuk mengambil inisiatif meredakan ketegangan, menunjukkan ketegangan yang masih ada.
Menteri Keuangan China, Lan Fo’an, menyatakan akan mengimplementasikan kebijakan yang lebih proaktif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi global. Pernyataan ini menimbulkan spekulasi akan adanya potensi negosiasi dengan AS.
Dampak Perdagangan Global terhadap IHSG
Potensi kesepakatan perdagangan sejumlah negara yang bernegosiasi dengan AS juga dapat mempengaruhi IHSG. Tekanan politik dalam negeri AS berpotensi mendorong Presiden AS untuk mendorong kesepakatan. Kondisi ini menciptakan ketidakpastian yang mempengaruhi sentimen investor.
Di Eropa, pelaku pasar bersiap menghadapi pekan yang berpotensi volatile, dengan rilis data inflasi utama dari Zona Euro dan AS, serta laporan ketenagakerjaan bulanan AS. Data-data ekonomi ini akan memberikan gambaran lebih jelas tentang kondisi ekonomi global dan mempengaruhi sentimen investor.
Bursa saham Eropa melanjutkan penguatan pada perdagangan Senin (28/04), didorong optimisme terhadap meredanya ketegangan perdagangan AS-China. Namun, bursa saham AS Wall Street bergerak bervariasi, dengan indeks S&P 500 nyaris stagnan.
Bursa saham regional Asia pagi ini menunjukkan pergerakan yang beragam. Indeks Nikkei, Shanghai, Kuala Lumpur, dan Strait Times mencatat penguatan, menunjukkan sentimen positif yang beragam di kawasan Asia.
Secara keseluruhan, pergerakan IHSG mencerminkan kompleksitas faktor-faktor yang mempengaruhi pasar saham. Sikap wait and see pelaku pasar menunjukkan perlunya kejelasan lebih lanjut terkait data PMA dan perkembangan ekonomi global sebelum terjadi penguatan yang lebih signifikan.