IHSG Diperkirakan Menguat, Pasar Cermati Data Inflasi April 2025
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat, namun kenaikannya terbatas, di tengah perhatian pelaku pasar pada data inflasi April 2025 dan sentimen global.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat, diperkirakan bergerak menguat. Kenaikan ini terjadi di tengah fokus pelaku pasar pada data inflasi Indonesia periode April 2025. Pembukaan perdagangan menunjukkan IHSG menguat 44,31 poin atau 0,65 persen ke posisi 6.811,11, sementara indeks LQ45 naik 6,36 poin atau 0,84 persen ke posisi 767,87. Pergerakan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor domestik dan global, termasuk data inflasi, indeks manufaktur, dan sentimen pasar internasional.
Data inflasi IHK Indonesia periode April 2025 menjadi sorotan utama. Data ini krusial untuk mengkonfirmasi perlambatan konsumsi domestik yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya penurunan jumlah pemudik selama Lebaran 2025. Selain inflasi, pelaku pasar juga mencermati data indeks manufaktur PMI April 2025. PMI manufaktur Maret 2025 tercatat di angka 52,4, menunjukkan ekspansi karena berada di atas ambang 50.
Secara global, sentimen pasar terbantu oleh meredanya kekhawatiran dampak kebijakan tarif dari Presiden AS Donald Trump terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, ketidakpastian terkait perubahan kebijakan perdagangan AS tetap ada, khususnya di tengah musim laporan keuangan yang menunjukkan beberapa perusahaan memangkas proyeksi laba mereka. Laporan klaim pengangguran mingguan AS yang menunjukkan peningkatan PHK lebih tinggi dari perkiraan juga menjadi sinyal dampak kebijakan tarif terhadap pasar tenaga kerja.
Sentimen Pasar Global dan Pergerakan IHSG
Di Eropa, indeks FTSE 100 di Inggris relatif datar namun mencatat rekor kemenangan 13 sesi berturut-turut, menyamai rekor tahun 2017. Sebagian besar pasar saham Eropa libur karena Hari Buruh Internasional. Di Jepang, Bank Sentral Jepang (BOJ) mempertahankan suku bunga di level 0,5 persen, sesuai ekspektasi pasar. BOJ juga menurunkan proyeksi PDB 2025 menjadi 0,5 persen dari 1,1 persen, karena ketidakpastian tarif.
Di Amerika Serikat, Wall Street ditutup menguat didorong oleh laporan keuangan solid dari Microsoft dan Meta, mengurangi kekhawatiran efektivitas belanja besar-besaran untuk kecerdasan buatan (AI). Indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq semuanya mengalami kenaikan. Pergerakan positif di bursa AS memberikan sentimen positif bagi pasar global, termasuk IHSG.
Sementara itu, bursa saham regional Asia menunjukkan pergerakan yang beragam. Nikkei menguat, sementara Shanghai melemah. Kuala Lumpur dan Strait Times juga menunjukkan pergerakan yang berbeda-beda. Perbedaan pergerakan ini menunjukkan kompleksitas faktor yang mempengaruhi pasar saham regional.
Meskipun IHSG berpeluang menguat, "Walau IHSG berpeluang melanjutkan penguatan dalam perdagangan selanjutnya, potensi kenaikannya diperkirakan tetap terbatas," sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada sentimen positif, potensi kenaikan IHSG tetap terbatas dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan.
Analisis Data Inflasi dan PMI Manufaktur
Data inflasi dan PMI manufaktur menjadi kunci dalam menentukan arah IHSG selanjutnya. Perlambatan konsumsi domestik akibat penurunan jumlah pemudik Lebaran 2025 perlu dipertimbangkan. Data PMI manufaktur yang masih menunjukkan ekspansi memberikan sinyal positif, namun tetap perlu diwaspadai potensi perubahan ke depannya.
Perlu diingat bahwa pasar saham bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Analisis yang komprehensif dan pemantauan perkembangan ekonomi makro sangat penting untuk memahami pergerakan IHSG.
Kesimpulannya, pergerakan IHSG pada Jumat dipengaruhi oleh beragam faktor, baik domestik maupun global. Meskipun diprediksi menguat, potensi kenaikannya tetap terbatas. Data inflasi dan PMI manufaktur menjadi faktor kunci yang perlu diperhatikan oleh investor.