IHSG Menguat 1,43 Persen! Sektor Energi Jadi Pendorong Utama
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,43 persen pada Selasa, didorong oleh kinerja positif sektor energi dan diiringi sejumlah antisipasi rilis data ekonomi global.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil ditutup menguat pada Selasa sore, 22 April. Penguatan tersebut dipimpin oleh saham-saham di sektor energi, mencatatkan kenaikan sebesar 1,43 persen atau 92,30 poin, dan berakhir di posisi 6.538,27. Kenaikan ini juga diikuti oleh indeks LQ45 yang naik 8,52 poin (1,18 persen) ke posisi 730,31. Pergerakan positif IHSG ini terjadi di tengah sejumlah antisipasi rilis data ekonomi global dan domestik.
Penguatan IHSG dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun luar negeri. Secara global, pasar saham menantikan rilis data S&P Global Manufacturing PMI Flash periode April 2025 untuk Amerika Serikat, yang diperkirakan akan menunjukkan penurunan aktivitas manufaktur. Kondisi serupa juga diantisipasi di Eropa dan Jepang, dengan indikasi pelemahan aktivitas manufaktur di Jerman, Euro Area, dan Inggris, serta Jepang.
Di dalam negeri, pasar menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada Rabu, 23 April 2025. Keputusan BI terkait suku bunga acuan menjadi fokus perhatian investor, dengan prediksi suku bunga acuan akan dipertahankan di level 5,75 persen. IHSG yang dibuka menguat, berhasil mempertahankan tren positif hingga penutupan sesi pertama dan kedua perdagangan saham.
Sektor Energi Dominasi Penguatan IHSG
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, delapan sektor mengalami peningkatan, dengan sektor energi memimpin kenaikan sebesar 3,27 persen. Sektor barang baku dan transportasi & logistik juga mencatatkan kenaikan signifikan, masing-masing sebesar 3,12 persen dan 1,72 persen. Sebaliknya, tiga sektor mengalami koreksi, yaitu sektor barang konsumen primer (-1,20 persen), teknologi (-0,57 persen), dan kesehatan (-0,12 persen).
Beberapa saham menunjukan kinerja yang sangat baik, dengan saham NETV, CITY, INDY, DAAZ, dan IFSH mencatatkan penguatan terbesar. Di sisi lain, saham LPPF, FMII, CSRA, SNLK, dan JPFA mengalami pelemahan terbesar. Total frekuensi perdagangan mencapai 1.085.000 transaksi, dengan volume perdagangan 17,40 miliar lembar saham senilai Rp9,87 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 396 saham naik, 228 saham turun, dan 335 saham stagnan.
Pergerakan IHSG ini juga perlu dilihat dalam konteks pergerakan bursa saham regional Asia. Indeks Nikkei (Jepang) melemah 0,17 persen, indeks Kuala Lumpur (Malaysia) turun 0,88 persen, indeks Shanghai (China) naik 0,25 persen, dan indeks Strait Times (Singapura) menguat 0,96 persen.
Antisipasi Data Ekonomi Global dan Kebijakan Moneter BI
Pergerakan IHSG mencerminkan sentimen pasar yang kompleks. Di satu sisi, adanya antisipasi pelemahan aktivitas manufaktur global menimbulkan kekhawatiran. Namun, di sisi lain, potensi mempertahankan suku bunga acuan oleh BI dapat memberikan stabilitas ekonomi domestik dan menarik minat investasi.
Para analis pasar terus memantau perkembangan data ekonomi global dan domestik untuk memprediksi pergerakan IHSG selanjutnya. Keputusan BI pada RDG mendatang akan menjadi faktor kunci yang menentukan arah IHSG dalam jangka pendek. Sementara itu, kinerja sektor energi yang kuat menjadi penopang utama penguatan IHSG pada perdagangan Selasa.
Secara keseluruhan, kinerja IHSG pada Selasa menunjukkan ketahanan pasar di tengah ketidakpastian global. Penguatan yang signifikan, terutama di sektor energi, memberikan sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, investor tetap perlu waspada terhadap perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter domestik.
Penting untuk diingat bahwa investasi di pasar saham memiliki risiko. Keputusan investasi harus didasarkan pada analisis yang cermat dan strategi investasi yang tepat.