IHSG Melemah 0,67 Persen di Tengah Penguatan Bursa Asia: Aksi Capital Outflow Jadi Biang Keladi
IHSG ditutup melemah 0,67 persen pada Senin, 17 Maret 2025, di tengah penguatan bursa regional Asia, dipicu aksi capital outflow investor asing dan diimbangi surplus neraca perdagangan Indonesia.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 17 Maret 2025, ditutup melemah 43,68 poin atau 0,67 persen ke posisi 6.471,95. Penurunan ini terjadi meskipun bursa saham kawasan Asia menunjukan penguatan. Aksi capital outflow investor asing menjadi penyebab utama pelemahan IHSG, sementara surplus neraca perdagangan Indonesia memberikan sedikit penopang bagi perekonomian domestik. Hal ini menunjukkan adanya dinamika yang kompleks antara faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja pasar saham Indonesia.
Pelemahan IHSG ini diiringi dengan data Bank Indonesia (BI) yang mencatat investor asing melakukan penjualan neto sebesar Rp10,15 triliun pada periode 10-13 Maret 2025. Rinciannya, penjualan neto di pasar saham mencapai Rp1,92 triliun, pasar Surat Berharga Negara (SBN) Rp5,25 triliun, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) Rp2,97 triliun. Kondisi capital outflow ini meningkatkan premi risiko investasi di Indonesia dan berpotensi mengancam ketahanan eksternal di tengah tekanan global.
Namun, kabar baik datang dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2025 sebesar 3,12 miliar dolar AS. Surplus ini diharapkan dapat menopang ketahanan ekonomi dalam negeri dan pertumbuhan ekonomi nasional berkelanjutan. Kondisi ini menunjukkan adanya upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah fluktuasi pasar global.
Penguatan Bursa Asia dan Stimulus China
Berbeda dengan IHSG, bursa regional Asia justru mengalami penguatan. Hal ini didorong oleh respons positif pasar terhadap langkah-langkah stimulus ekonomi China dan absennya kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat. China meluncurkan rencana aksi khusus untuk meningkatkan konsumsi dan menstabilkan pasar saham serta properti. Rencana tersebut mencakup peningkatan pendapatan penduduk, pengeluaran rumah tangga, dan angka kelahiran.
Data ekonomi China yang kuat, dengan peningkatan penjualan ritel dan produksi industri yang melampaui perkiraan, juga turut memberikan sentimen positif bagi pasar. Kondisi ini menunjukkan adanya optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi China yang berdampak positif pada pasar regional, termasuk Asia Tenggara.
Meskipun IHSG dibuka melemah, tren negatif tersebut berlanjut hingga penutupan sesi pertama dan kedua. Kondisi ini menunjukkan adanya tekanan jual yang cukup signifikan di pasar saham Indonesia.
Pergerakan Sektoral dan Saham
Dari sisi sektoral, tiga sektor mengalami penguatan, yaitu sektor barang baku (2,26 persen), diikuti oleh sektor barang konsumen primer dan infrastruktur yang masing-masing turun tipis. Sebaliknya, delapan sektor lainnya mengalami penurunan, dengan sektor teknologi mengalami penurunan paling dalam sebesar 11,05 persen, disusul sektor barang konsumen primer dan keuangan.
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar antara lain FITT, SOCI, IOTF, PSAB, dan VAST. Sebaliknya, saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar adalah SMIL, KICI, DCII, SMSM, dan SSTM. Pergerakan saham ini mencerminkan sentimen pasar terhadap kinerja perusahaan-perusahaan tersebut.
Secara keseluruhan, frekuensi perdagangan saham mencapai 1.068.000 kali transaksi dengan volume 18,87 miliar lembar saham senilai Rp9,68 triliun. Tercatat 328 saham naik, 290 saham turun, dan 339 saham tidak bergerak.
Kinerja Bursa Regional Asia
Sebagai perbandingan, bursa saham regional Asia lainnya menunjukan kinerja positif. Indeks Nikkei menguat 0,93 persen, Shanghai naik 0,19 persen, Kuala Lumpur naik 1,04 persen, dan Straits Times menguat 0,62 persen. Perbedaan kinerja ini menunjukkan adanya faktor spesifik yang mempengaruhi IHSG, terutama aksi capital outflow yang lebih signifikan di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya.
Kesimpulannya, pelemahan IHSG pada Senin lalu merupakan dampak dari aksi capital outflow investor asing, meskipun surplus neraca perdagangan memberikan sedikit dukungan. Penguatan bursa regional Asia menunjukkan adanya sentimen positif global, terutama dari stimulus ekonomi China. Pergerakan sektoral dan saham individual mencerminkan dinamika pasar yang kompleks dan perlu dipantau lebih lanjut.