IHSG Tutup Melemah: Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan APBN Jadi Sorotan
IHSG ditutup melemah 2,12 persen di tengah penguatan bursa global, disebabkan oleh kekhawatiran pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kebijakan efisiensi APBN yang berpotensi berdampak negatif pada investasi dan daya beli.
![IHSG Tutup Melemah: Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan APBN Jadi Sorotan](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/06/230240.730-ihsg-tutup-melemah-pertumbuhan-ekonomi-dan-kebijakan-apbn-jadi-sorotan-1.jpg)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup melemah pada Kamis sore, 6 Februari 2025, dengan penurunan 148,69 poin atau 2,12 persen ke posisi 6.875,54. Penurunan ini terjadi meskipun bursa saham regional Asia dan global justru mengalami penguatan. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mengenai faktor-faktor di balik pelemahan IHSG.
Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan APBN: Faktor Utama Pelemahan IHSG
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas mencatat kekhawatiran pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 sebagai faktor utama pelemahan IHSG. Rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) 2024 yang menunjukkan pertumbuhan 5,03 persen year on year (yoy), lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya, memicu sentimen negatif. Angka ini lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun 2023 (5,05 persen yoy) dan 2022 (5,31 persen yoy).
Selain itu, Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 tentang efisiensi belanja dan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) senilai Rp306 triliun juga menjadi sorotan. Efisiensi APBN dan APBD ini dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap perekonomian nasional. Ada kekhawatiran program kerja akan dihapus dan pemangkasan anggaran tidak dilakukan secara selektif.
Potensi dampak negatif tersebut meliputi penurunan investasi publik, pengurangan lapangan kerja, penurunan produktivitas tenaga kerja, dan melemahnya daya beli masyarakat. Konsumsi pemerintah yang memberikan kontribusi terhadap PDB juga menjadi perhatian, karena kebijakan efisiensi ini berpotensi memengaruhi PDB tahun 2025.
Penguatan Bursa Global dan Data Ekonomi AS
Berbeda dengan IHSG, pasar saham Asia justru menguat. Hal ini dipengaruhi oleh data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan pelemahan. Purchasing Managers Index (PMI) non-manufaktur AS turun menjadi 52,8 pada Januari 2025, dari 54,0 pada Desember 2024, menunjukkan perlambatan aktivitas sektor jasa di tengah penurunan permintaan.
Meredanya kekhawatiran perang dagang global juga menjadi faktor penguatan bursa global. Penundaan sebelumnya dan harapan akan terlaksananya diskusi antara Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping terkait perkembangan perdagangan, serta ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, turut memberikan sentimen positif.
Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin, menyatakan bahwa The Fed masih cenderung menurunkan suku bunga lebih lanjut tahun ini. Namun, ia juga menyoroti ketidakpastian seputar dampak tarif, imigrasi, regulasi, dan inisiatif lain dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Pergerakan Sektoral dan Saham
Dari sisi sektoral, hanya sektor kesehatan (naik 0,65 persen) dan teknologi (naik 1,11 persen) yang mengalami penguatan. Sebaliknya, sembilan sektor lainnya melemah, dengan sektor keuangan mengalami penurunan terdalam (minus 2,43 persen), diikuti sektor industri dan barang baku.
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar antara lain BUVA, AIMS, SAFE, OBAT, dan SONA. Sementara itu, saham-saham dengan pelemahan terbesar meliputi BEBS, NZIA, KOTA, JGLE, dan LMPI.
Total frekuensi perdagangan mencapai 1.420.000 kali transaksi, dengan volume perdagangan 19,54 miliar lembar saham senilai Rp13,73 triliun. Tercatat 188 saham naik, 444 saham turun, dan 323 saham tidak bergerak nilainya.
Kesimpulan
Penurunan IHSG pada Kamis, 6 Februari 2025, didorong oleh kekhawatiran pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dan dampak kebijakan efisiensi APBN. Meskipun bursa global menguat, sentimen negatif domestik lebih berpengaruh terhadap kinerja IHSG. Perkembangan ekonomi domestik dan kebijakan pemerintah ke depan akan sangat menentukan arah pergerakan IHSG.