Indonesia-Korsel Jalin Kerja Sama Lestarikan Ikan Napoleon, Dorong Budi Daya Berkelanjutan
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI dan National Institute of Fisheries Science (NIFS) Korsel berkolaborasi mengembangkan budidaya berkelanjutan ikan napoleon untuk menjaga kelestarian dan meningkatkan nilai ekonomi.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia dan National Institute of Fisheries Science (NIFS) Korea Selatan (Korsel) resmi bekerja sama untuk melestarikan populasi ikan napoleon melalui pengembangan budi daya berkelanjutan. Kolaborasi ini diwujudkan dalam Project for Smart Technological Support to Improve Aquaculture Productivity in Indonesia, yang kini memasuki tahun ke-3 sejak dimulai pada tahun 2023.
Kerja sama ini difokuskan pada peningkatan produktivitas perikanan budidaya ikan napoleon, yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan potensi ekspor yang besar. "Ikan napoleon termasuk jenis ikan yang tercantum dalam Appendix II Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora. KKP akan terus memperkuat upaya pelestariannya, salah satunya melalui aspek budidaya," jelas Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP, Tb Haeru Rahayu (Tebe).
Proyek ini dilaksanakan di Balai Perikanan Budi Daya Laut (BPBL) Batam, yang dipilih karena potensi besarnya dalam pengembangan budidaya ikan laut, termasuk ikan napoleon, dan letak geografisnya yang strategis di jalur pelayaran internasional. "Ikan Napoleon dari Kepulauan Riau sangat diminati pasar Hong Kong dan Tiongkok dengan harga yang kompetitif," tambah Tebe, menekankan potensi ekonomi dari budidaya berkelanjutan ini.
Pengembangan Teknologi Budi Daya Ikan Napoleon
Kerja sama dengan NIFS Korsel meliputi peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang budidaya laut, pelaksanaan beberapa tahapan pengembangbiakan ikan napoleon, serta pembangunan hatchery ikan napoleon di BPBL Batam. Kepala Departemen Penelitian Industri Akuakultur di NIFS Korea, Lee Jeong-yong, menyatakan bahwa pembangunan fasilitas budidaya ini bertujuan meningkatkan produktivitas perikanan budidaya di Indonesia.
Saat ini, proyek tersebut telah memasuki tahap percobaan. "Pembangunan fasilitas budidaya ikan napoleon di BPBL Batam merupakan wujud kerja sama dalam pengembangan teknologi budidaya yang menjadi tantangan baru sekaligus pengalaman berharga bagi kedua negara," ungkap Lee Jeong-yong. Harapannya, proyek ini akan memberikan dampak positif bagi industri budidaya ikan napoleon di Indonesia.
Plt. Kepala BPBL Batam, Ipong Adi Guna, menyatakan komitmennya dalam melaksanakan kerja sama ini, termasuk melakukan uji coba teknologi pembenihan ikan napoleon. "Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas budidaya ikan laut sekaligus menjaga plasma nutfah dan kelestarian populasi ikan napoleon di Kepulauan Riau," ujar Ipong.
Budi Daya Berkelanjutan: Jaga Populasi dan Tingkatkan Ekonomi
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, sebelumnya telah menekankan pentingnya pengembangan perikanan budidaya berkelanjutan sebagai salah satu cara menjaga populasi perikanan di alam. Pengembangan ini terus didorong oleh KKP sebagai upaya untuk menyeimbangkan pemanfaatan sumber daya laut dengan pelestarian lingkungan.
Kolaborasi Indonesia-Korsel dalam pengembangan budidaya ikan napoleon ini menjadi contoh nyata komitmen kedua negara dalam menerapkan prinsip keberlanjutan. Tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi melalui ekspor, kerja sama ini juga memastikan kelestarian populasi ikan napoleon untuk generasi mendatang.
Proyek ini juga diharapkan dapat menjadi model bagi pengembangan budidaya spesies laut lainnya yang terancam punah, sekaligus meningkatkan kapasitas dan teknologi budidaya perikanan di Indonesia.
Dengan menggabungkan keahlian dan teknologi dari kedua negara, diharapkan upaya pelestarian dan pengembangan budidaya ikan napoleon dapat berjalan efektif dan berkelanjutan, memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan bagi Indonesia.