Inflasi NTT Melonjak 1,86 Persen di Maret 2025: Harga Beras dan Tarif Listrik Jadi Faktor Utama
Inflasi tahunan di Nusa Tenggara Timur (NTT) meningkat signifikan menjadi 1,86 persen pada Maret 2025, didorong kenaikan harga beras dan normalisasi tarif listrik.

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami peningkatan inflasi yang cukup signifikan pada Maret 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) NTT mencatat angka inflasi tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 1,86 persen, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, Februari 2025, yang hanya sebesar 0,47 persen. Kenaikan ini disebabkan oleh beberapa faktor, terutama peningkatan harga beras di sejumlah wilayah dan normalisasi tarif listrik setelah periode sebelumnya.
Kepala BPS Provinsi NTT, Matamira B. Kale, memaparkan data tersebut dalam keterangan pers di Kupang pada Kamis, 11 April 2025. Ia menjelaskan bahwa delapan dari sebelas kelompok pengeluaran mengalami kenaikan harga, mendorong angka inflasi secara keseluruhan. Peningkatan harga ini berdampak pada seluruh wilayah di NTT.
Pemerintah Provinsi NTT, menurut Matamira, telah berupaya mengendalikan inflasi melalui operasi pasar dan pasar murah selama bulan Ramadhan. Upaya ini bertujuan untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok dan meringankan beban masyarakat. Meskipun demikian, dampak kenaikan harga beras dan normalisasi tarif listrik masih terasa signifikan pada angka inflasi Maret 2025.
Analisis Inflasi NTT Maret 2025
Kelompok pengeluaran yang memberikan andil terbesar terhadap inflasi (yoy) adalah makanan, minuman, dan tembakau, dengan kontribusi sebesar 1,28 persen. Sementara itu, kelompok transportasi justru mengalami deflasi sebesar 0,06 persen. Perbedaan ini menunjukkan kompleksitas faktor yang mempengaruhi inflasi di NTT.
Secara geografis, inflasi tertinggi terjadi di Maumere dengan angka 4,25 persen, sementara inflasi terendah tercatat di Kota Kupang sebesar 1,19 persen. Variasi ini menunjukkan perbedaan kondisi ekonomi dan aksesibilitas barang di berbagai wilayah NTT.
Inflasi bulanan (month-to-month/mtm) pada Maret 2025 juga mengalami peningkatan, mencapai 1,24 persen dibandingkan 0,37 persen pada Februari 2025. Kabupaten Ngada mencatat inflasi bulanan tertinggi (1,96 persen), sedangkan Kabupaten Timor Tengah Selatan mencatat inflasi bulanan terendah (0,61 persen).
Dampak Kenaikan Harga Beras dan Tarif Listrik
Matamira menjelaskan bahwa kenaikan tarif listrik yang kembali normal setelah periode sebelumnya, dan peningkatan harga beras di sebagian besar wilayah NTT, menjadi faktor utama pendorong inflasi pada Maret 2025. Kedua faktor ini memiliki dampak yang luas dan mempengaruhi berbagai kelompok pengeluaran.
"Inflasi pada Maret 2025 (yoy) terjadi karena adanya kenaikan pada delapan dari sebelas kelompok pengeluaran," kata Matamira. Ia menambahkan bahwa pemerintah terus berupaya mengendalikan harga bahan makanan melalui operasi pasar dan pasar murah.
Meskipun upaya pengendalian inflasi telah dilakukan, peningkatan harga beras dan normalisasi tarif listrik tetap memberikan kontribusi signifikan terhadap angka inflasi yang tercatat. Hal ini menunjukkan perlunya strategi yang lebih komprehensif untuk menjaga stabilitas harga di masa mendatang.
Pemerintah Provinsi NTT perlu terus memantau perkembangan harga barang dan jasa, serta memperkuat kerjasama dengan berbagai pihak untuk memastikan ketersediaan dan stabilitas harga bahan pokok. Hal ini penting untuk melindungi daya beli masyarakat dan menjaga pertumbuhan ekonomi di NTT.