Istri Wamenkominfo Dikukuhkan Jadi Guru Besar Filsafat Pendidikan UGM, Sorot Etika AI dalam Pendidikan
Prof. Siti Murtiningsih, istri Wamenkominfo, dikukuhkan sebagai Guru Besar Filsafat Pendidikan UGM, menekankan pentingnya etika AI dan literasi digital dalam kurikulum pendidikan.

Yogyakarta, 20 Februari 2024 (ANTARA) - Prof. Dr. Rr. Siti Murtiningsih, S.S., M.Hum., istri Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria, resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Filsafat Pendidikan di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM). Pengukuhan yang berlangsung di Balai Senat UGM, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, ini dihadiri oleh sejumlah pejabat penting, menteri, dan tokoh nasional. Acara ini menandai tonggak penting dalam dunia pendidikan Indonesia, khususnya dalam konteks integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam proses pembelajaran.
Pidato pengukuhannya yang berjudul 'Mendidik Manusia Bersama Mesin: Filsafat Pendidikan di Era Kecerdasan Buatan' menjadi pusat perhatian. Prof. Murti, sapaan akrabnya, menyoroti peran krusial AI dalam pendidikan modern, sekaligus menekankan perlunya pengembangan AI yang beretika dan bernilai, agar tidak menggeser peran fundamental pendidik dalam membentuk karakter siswa. Ia mempertanyakan bagaimana seharusnya manusia berinteraksi dengan mesin dalam proses pendidikan, dan bagaimana etika penggunaan AI dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum.
Pengukuhan ini bukan hanya sebuah pencapaian pribadi, tetapi juga sebuah momentum penting bagi dunia pendidikan Indonesia. Pernyataan Prof. Murti mengenai perlunya pembaruan kurikulum yang mengintegrasikan literasi digital dan etika AI menjadi sorotan utama. Kehadiran tokoh-tokoh nasional dalam acara ini menunjukkan betapa pentingnya isu ini bagi masa depan pendidikan di Indonesia.
Integrasi AI dalam Pendidikan: Tantangan dan Peluang
Prof. Murtiningsih dalam pidatonya menyampaikan kekhawatiran terhadap potensi komodifikasi pendidikan akibat digitalisasi yang semakin masif. Ia mengingatkan pentingnya menjaga agar pendidikan tetap menjadi alat pembebasan dan pemberdayaan manusia, bukan sekadar komoditas yang diperjualbelikan. Meskipun mengakui peran AI sebagai asisten pengajar yang dapat membantu guru, ia menegaskan bahwa AI tidak dapat menggantikan peran guru dalam membentuk kecerdasan emosional dan berpikir kritis siswa. Hal ini menjadi poin penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan dan implementasi AI dalam pendidikan.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa cakupan filsafat pendidikan di era AI tidak hanya sebatas tujuan dan proses pendidikan, tetapi juga mencakup relasi epistemik dan etis antara manusia dan agen non-manusia. Menurutnya, mendidik manusia bersama mesin menekankan dua hal: manusia sebagai subjek utama pendidikan, dan keterlibatan entitas non-manusia seperti mesin dalam proses pendidikan. Ini menunjukkan pendekatan holistik yang diperlukan dalam menghadapi era baru pendidikan yang terintegrasi dengan teknologi.
Prof. Murti juga menyoroti pentingnya literasi digital dan kecerdasan buatan dalam kurikulum pendidikan. Ia menekankan perlunya peninjauan kembali kurikulum pendidikan agar materi tersebut dapat diintegrasikan secara efektif. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan kurikulum bukan hanya sekadar penambahan materi, tetapi juga perubahan paradigma dalam pendekatan pembelajaran.
Dukungan dari Tokoh Nasional
Pengukuhan Prof. Siti Murtiningsih dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Meutya Hafid, Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara Basuki Hadimuljono, Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza, dan Mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan RI Prof. Mahfud MD. Kehadiran mereka menunjukkan dukungan luas terhadap upaya Prof. Murti dalam memajukan pendidikan Indonesia di era digital.
Rektor UGM, Prof. Ova Emilia, juga turut menyampaikan apresiasinya. Ia menyebutkan bahwa Prof. Siti Murtiningsih merupakan salah satu dari 525 guru besar aktif UGM, dan satu dari empat guru besar aktif dari 10 guru besar yang pernah dimiliki Fakultas Filsafat UGM. Ini menunjukkan prestasi akademik yang luar biasa dan kontribusi signifikan bagi UGM.
Kehadiran para tokoh nasional ini juga menjadi bukti bahwa isu pendidikan dan integrasi AI dalam pendidikan menjadi perhatian penting bagi pemerintah dan para pemangku kepentingan di Indonesia. Hal ini menandakan adanya komitmen untuk mendukung pengembangan pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan perkembangan zaman.
Pengukuhan Prof. Siti Murtiningsih sebagai Guru Besar Filsafat Pendidikan UGM bukan hanya sebuah pencapaian individual, tetapi juga sebuah langkah maju bagi dunia pendidikan Indonesia dalam menghadapi tantangan dan peluang di era kecerdasan buatan. Penegasannya tentang pentingnya etika AI dan literasi digital dalam kurikulum pendidikan menjadi pesan penting yang perlu dipertimbangkan oleh semua pihak yang terlibat dalam pengembangan pendidikan nasional.