Kemdikbudristek Dorong Riset Tekan Stunting di NTT: Kolaborasi Perguruan Tinggi Jadi Kunci
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) mendorong implementasi riset perguruan tinggi untuk menekan angka stunting yang tinggi di NTT melalui kolaborasi Konsorsium Perguruan Tinggi.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan mendukung penuh inisiatif penurunan angka stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT) oleh Konsorsium Perguruan Tinggi (KPT). Inisiatif ini dinilai sebagai langkah strategis dalam mengatasi masalah kesehatan serius yang melanda NTT, dengan angka stunting jauh di atas rata-rata nasional. Program ini diharapkan menjadi contoh bagi upaya serupa di daerah lain.
Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kemdikbudristek, Fauzan Adziman, menyatakan bahwa Kemdikbudristek tengah mengembangkan program pendanaan riset yang sesuai untuk mendukung KPT. Pendanaan ini akan mencakup aspek pengabdian masyarakat, riset, dan pendampingan. Fauzan berharap program ini dapat berjalan secara menyeluruh dan berkelanjutan, dengan pengembangan ekosistem lokal sebagai kunci keberhasilan jangka panjang.
"Kementerian (Kemdikbudristek) sedang membangun program pendanaan riset yang cocok untuk konsorsium ini, baik dari aspek pengabdian kepada masyarakat, riset, maupun pendampingan," ujar Fauzan. Ia menambahkan harapan agar program ini dapat berkelanjutan dan dikembangkan melalui ekosistem lokal, serta diimplementasikan di wilayah lain di Indonesia.
Kolaborasi Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang
Universitas Brawijaya (UB) dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), sebagai penggagas KPT, telah merumuskan Rencana Aksi (Renaksi) untuk penurunan risiko stunting dan pengentasan kemiskinan di NTT. Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Kemdikbudristek, I Ketut Adnyana, menekankan pentingnya membangun ekosistem yang lengkap untuk mengatasi masalah ini. UB, sebagai pemimpin proyek, diharapkan dapat membuat roadmap dengan output yang terukur, baik kualitatif maupun kuantitatif.
Ketut Adnyana juga menambahkan pentingnya pembagian peran yang jelas dari seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dan tindak lanjut untuk keberlanjutan program. "Kami berharap rekan-rekan UB sebagai lead dari proyek ini dapat membentuk roadmap dengan output yang terukur, baik itu kualitatif maupun kuantitatif, dari rencana aksi yang telah dipaparkan. Selain itu, perlu ada pembagian peran dari stakeholder yang terlibat dan follow up terkait sustainability program ini," ucap Ketut.
Wakil Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Wamendikbudristek), Fauzan, menegaskan bahwa KPT dibentuk untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program ini menekankan pentingnya pendekatan saintifik dalam mengatasi masalah stunting, pangan, dan energi. Harapannya, KPT dapat menjadi ekosistem yang berkontribusi nyata pada kehidupan masyarakat.
Angka Stunting di NTT dan Peran Kemdikbudristek
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukkan prevalensi stunting di NTT mencapai 37,9 persen, jauh di atas rata-rata nasional sebesar 21,5 persen. Kemdikbudristek berperan sebagai integrator, menjembatani berbagai pihak dalam konsorsium, termasuk akademisi, pemerintah, dan sektor industri. Pendekatan ini diharapkan menghasilkan solusi yang berdampak nyata bagi masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui inovasi dan penguatan ekosistem riset.
Dengan melibatkan berbagai pihak, diharapkan program ini tidak hanya mampu menurunkan angka stunting di NTT, tetapi juga menciptakan model yang dapat direplikasi di daerah lain. Kolaborasi ini juga diharapkan dapat mendorong inovasi dan pertumbuhan ekonomi melalui riset dan pengembangan yang berkelanjutan. Inisiatif ini merupakan langkah penting dalam upaya pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Kemdikbudristek berkomitmen untuk mendukung penuh program ini dan memastikan keberlanjutannya. Dukungan ini mencakup pendanaan, bimbingan teknis, dan fasilitasi kolaborasi antar berbagai pihak yang terlibat. Keberhasilan program ini akan menjadi contoh nyata bagaimana riset dan inovasi dapat berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kesimpulan
Program kolaboratif antara Kemdikbudristek dan KPT ini menandai langkah signifikan dalam upaya menekan angka stunting di NTT. Dengan pendekatan holistik dan berkelanjutan, program ini diharapkan tidak hanya memberikan solusi jangka pendek, tetapi juga membangun fondasi untuk pembangunan berkelanjutan di NTT dan daerah lain di Indonesia yang menghadapi tantangan serupa.