Kemendagri Dorong Konsolidasi TPID Antisipasi Lonjakan Inflasi Jelang Ramadhan
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) meminta Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan kementerian terkait meningkatkan koordinasi untuk mengendalikan inflasi dan menstabilkan harga bahan pokok menjelang Ramadhan.
![Kemendagri Dorong Konsolidasi TPID Antisipasi Lonjakan Inflasi Jelang Ramadhan](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/000105.793-kemendagri-dorong-konsolidasi-tpid-antisipasi-lonjakan-inflasi-jelang-ramadhan-1.jpg)
Jakarta, 10 Februari 2024 - Jelang bulan suci Ramadhan 1446 Hijriah, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi lonjakan harga barang kebutuhan pokok. Plt. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendagri, Tomsi Tohir, menekankan pentingnya konsolidasi dan koordinasi intensif dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan kementerian/lembaga terkait untuk memastikan stabilitas harga dan ketersediaan bahan pangan.
Antisipasi Lonjakan Inflasi Ramadhan
Permintaan yang meningkat selama Ramadhan selalu berdampak pada kenaikan harga. Tomsi Tohir dalam keterangannya di Jakarta, Senin lalu, mengingatkan bahwa inflasi pada bulan Ramadhan biasanya lebih tinggi dibandingkan periode Lebaran. Oleh karena itu, langkah-langkah konkret dan antisipatif sangat diperlukan untuk mencegah lonjakan harga yang signifikan.
"Saya berharap kepada Bapak/Ibu sekalian untuk konsolidasi lagi, terutama tim TPID dan teman-teman dari kementerian dan lembaga. Untuk konsolidasi lagi, kita mulai berhitung mempersiapkan sampai dengan hari raya," tegas Tomsi Tohir. Ia menekankan pentingnya langkah proaktif, terutama untuk komoditas yang secara historis mengalami kenaikan harga setiap tahunnya. TPID diminta untuk mengambil langkah konkret sebelum harga naik, guna meningkatkan efektivitas pengendalian inflasi di tahun-tahun mendatang.
Data BPS: Inflasi Ramadhan Lebih Tinggi
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, membenarkan kecenderungan inflasi yang lebih tinggi selama Ramadhan dibandingkan Lebaran. Lonjakan permintaan, terutama pada kelompok makanan dan minuman, menjadi faktor utama penyebabnya. Amalia mencontohkan data tahun lalu, "Kalau belajar dari tahun lalu, pada saat awal Ramadhan pada bulan Maret 2024, terjadi inflasi makanan minuman dan tembakau sebesar 0,41 persen, tetapi kemudian di bulan April setelah Lebaran, tekanan inflasinya berkurang."
Beberapa komoditas utama perlu diwaspadai, antara lain daging ayam ras, telur ayam ras, dan bawang putih, karena komoditas tersebut mengalami kenaikan harga signifikan pada Ramadhan tahun sebelumnya. Amalia menambahkan, "Lebaran itu biasanya relatif lebih rendah dibandingkan dengan saat puasa (Ramadan), karena di puasa itu relatif lebih besar demand-nya."
Koordinasi Antar Kementerian dan Lembaga
Rapat koordinasi yang dipimpin Kemendagri dihadiri oleh berbagai pihak terkait, termasuk Deputi III Bidang Perekonomian dan Pangan Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono, Deputi Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) I Gusti Ketut Astawa, dan perwakilan dari Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kejaksaan Agung, Badan Reserse Kriminal Polri, Bulog, dan TNI. Pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota, juga turut berpartisipasi secara virtual.
Koordinasi yang kuat antar kementerian dan lembaga, serta dengan pemerintah daerah, menjadi kunci keberhasilan dalam pengendalian inflasi. Dengan langkah-langkah antisipatif dan kolaboratif, diharapkan stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok dapat terjaga selama Ramadhan dan Lebaran.
Kesimpulan
Menjelang Ramadhan, upaya pengendalian inflasi menjadi prioritas utama pemerintah. Konsolidasi dan koordinasi yang erat antara Kemendagri, TPID, dan berbagai kementerian/lembaga terkait sangat krusial untuk memastikan stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok bagi masyarakat. Langkah-langkah proaktif dan antisipatif berdasarkan data dan analisis terkini diharapkan mampu menekan potensi lonjakan harga dan menjaga daya beli masyarakat.