Kemenkes Luncurkan Pedoman Desa Siaga TB untuk Percepat Eliminasi
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan menerbitkan pedoman Desa Siaga TB untuk mempercepat eliminasi penyakit Tuberkulosis (TB) di Indonesia, mengingat tingginya angka kasus TB dan pentingnya peran serta masyarakat.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berencana menerbitkan pedoman untuk membentuk Desa Siaga TB guna mempercepat eliminasi penyakit Tuberkulosis (TB) di Indonesia. Inisiatif ini merupakan bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Kemenkes, yang dicanangkan untuk menangani masalah kesehatan secara cepat dan efektif.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Ina Agustina Isturini, menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam upaya eliminasi TB. Menurut Ina, 'Mengingat angka TB yang tinggi di Indonesia, penguatan penanganan TB pada desa siaga akan menjadi sebuah inovasi yang sangat baik, terutama untuk daerah-daerah dengan beban kasus TB tinggi'.
Program Desa Siaga sendiri telah berjalan lama di Kemenkes. Beberapa provinsi, seperti DKI Jakarta, Banten, dan DI Yogyakarta, telah sukses mengimplementasikan inovasi Desa/Kampung Siaga TB. Kemenkes berharap model ini dapat diadopsi oleh daerah lain di Indonesia.
Tantangan utama dalam pengembangan Desa Siaga TB terletak pada komitmen pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan. Kolaborasi yang kuat sangat dibutuhkan untuk membentuk dan membina desa siaga TB secara berkelanjutan.
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang bisa menyebar dengan cepat jika tidak segera terdeteksi dan diobati. Untungnya, TB dapat disembuhkan dengan pengobatan sesuai petunjuk tenaga medis. Namun, pengobatan TB membutuhkan waktu yang cukup lama, antara 6 bulan hingga lebih dari setahun. Dukungan dari masyarakat sangat krusial untuk keberhasilan pengobatan pasien TB.
Pencegahan TB dapat dilakukan melalui penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Selain itu, pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) kepada kontak erat, kontak serumah, dan kelompok berisiko tinggi berdasarkan pemeriksaan yang memenuhi syarat juga sangat penting.
Data Kemenkes menunjukkan peningkatan proporsi penemuan kasus dan pengobatan TB dari tahun ke tahun. Pada 2024, terdapat sekitar 860 ribu notifikasi kasus TB dari estimasi 1.092.000 kasus, meningkat dari sekitar 820 ribu notifikasi dari estimasi 1.060.000 kasus di 2023. Meskipun terjadi peningkatan, angka tersebut belum mencapai target yang diharapkan.
Untuk mempercepat eliminasi TB, Kemenkes akan menerapkan beberapa strategi. Salah satu strategi yang akan dilakukan adalah mengintegrasikan skrining TB ke dalam Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG). Hal ini bertujuan agar deteksi dini TB dapat dilakukan secara lebih luas dan efektif.
Kemenkes berharap dengan berbagai upaya yang dilakukan, termasuk penerbitan pedoman Desa Siaga TB dan integrasi skrining TB ke dalam PKG, target eliminasi TB di Indonesia dapat tercapai. Pesan yang disampaikan Kemenkes singkat dan jelas: 'TB bukan akhir cerita. Makin cepat periksa, makin cepat berobat, makin cepat sehat'.