Mendukbangga Dorong Perubahan Budaya Kerja Cegah Krisis Demografi
Menteri Wihaji tekankan pentingnya perubahan budaya kerja kolaboratif dan komunikasi keluarga untuk mencegah krisis demografi di Indonesia serta apresiasi program-program unggulan BKKBN.

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN, Wihaji, menekankan perlunya perubahan budaya kerja yang lebih kolaboratif untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk dan mencegah krisis demografi di Indonesia. Pernyataan ini disampaikan saat kunjungan kerja ke Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur di Surabaya pada Selasa (6/5). Wihaji juga menyoroti pentingnya komunikasi efektif dalam keluarga di era digital serta peran lingkungan dalam pembangunan keluarga yang berkelanjutan.
Dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu (7/5), Wihaji menjelaskan bahwa pengendalian penduduk bukan hanya soal jumlah, tetapi juga peningkatan kualitas hidup. Ia mengingatkan bahaya krisis demografi yang tengah dihadapi negara-negara maju dan menekankan pentingnya langkah antisipatif bagi Indonesia. Kunjungan ke Jawa Timur tersebut juga menjadi kesempatan bagi Wihaji untuk menandatangani prasasti Ruang Terbuka Hijau dan berdialog dengan para pegawai BKKBN.
Wihaji memberikan apresiasi tinggi kepada para pegawai BKKBN yang bertugas di lapangan atas keberhasilan program-program unggulan seperti Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), AI SuperApp berbasis keluarga, dan Lansia Berdaya. Ia menyebut kinerja mereka sebagai kunci keberhasilan program-program tersebut dan menekankan pentingnya komunikasi yang efektif dalam keluarga, terutama di tengah perkembangan teknologi digital yang pesat.
Perubahan Budaya Kerja dan Komunikasi Keluarga
Wihaji mendorong terciptanya budaya kerja baru yang lebih adaptif, partisipatif, dan berfokus pada dampak nyata bagi masyarakat. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antar berbagai pihak untuk mencapai tujuan peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Menurutnya, komunikasi yang efektif dalam keluarga sangat krusial untuk mencegah berbagai masalah sosial dan ekonomi yang mungkin muncul.
Ia mengingatkan pentingnya komunikasi yang berkualitas antara orang tua dan anak, agar anak-anak tidak lebih dekat dengan gawai daripada orang tua mereka. "Kita harus aktif membangun komunikasi di rumah. Jangan sampai anak-anak lebih akrab dengan gawai daripada orang tuanya," kata Wihaji. Hal ini menjadi perhatian penting mengingat dampak negatif dari penggunaan gawai yang berlebihan.
Lebih lanjut, Wihaji juga menanam pohon beringin sebagai simbol komitmen terhadap pelestarian lingkungan. Menurutnya, pelestarian lingkungan merupakan bagian integral dari pembangunan keluarga yang berkelanjutan. Pohon beringin dipilih sebagai simbol naungan, perlindungan, dan keseimbangan, yang diharapkan dapat diwujudkan oleh Kemendukbangga/BKKBN bagi keluarga-keluarga di Indonesia.
Program-Program Unggulan BKKBN dan Dampaknya
Wihaji menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para pegawai BKKBN yang telah bekerja keras menjalankan lima program unggulan, yaitu Genting, GATI, Tamasya, AI SuperApp berbasis keluarga, dan Lansia Berdaya. Program-program ini dinilai telah memberikan dampak positif dalam meningkatkan kualitas hidup keluarga Indonesia.
Ia optimis bahwa dengan pendekatan yang lebih segar dan menyentuh akar permasalahan keluarga, program-program tersebut akan memberikan dampak yang lebih nyata. Wihaji berharap agar program-program ini dapat terus ditingkatkan dan diperluas jangkauannya agar lebih banyak keluarga Indonesia yang dapat merasakan manfaatnya.
Keberhasilan program-program tersebut juga bergantung pada kolaborasi dan kerja sama antar berbagai pihak. Oleh karena itu, Wihaji menekankan pentingnya budaya kerja yang kolaboratif dan partisipatif untuk mencapai tujuan bersama, yaitu peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Keluarga sebagai Pilar Utama Pembangunan
Wihaji menyatakan bahwa jika persoalan dalam keluarga dapat diselesaikan, maka sebagian besar masalah sosial dan ekonomi juga dapat terurai. Ia menekankan pentingnya keluarga berencana yang mandiri, tenteram, dan bahagia sebagai indikator keberhasilan pembangunan keluarga.
Dengan fokus pada tiga indikator tersebut, yaitu kemandirian, ketenteraman, dan kebahagiaan keluarga, diharapkan program-program Kemendukbangga/BKKBN dapat memberikan dampak yang lebih signifikan dan berkelanjutan. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam membangun keluarga Indonesia yang kuat dan sejahtera.
Wihaji menutup pernyataan dengan mengajak semua pihak untuk membangun budaya baru yang lebih adaptif, partisipatif, dan fokus pada dampak nyata bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat. Ia menekankan bahwa kualitas hidup masyarakat merupakan tujuan utama dari semua program dan kebijakan yang diterapkan.
"Mari kita bangun budaya baru, yang lebih adaptif, partisipatif, dan fokus pada dampak. Kualitas hidup masyarakat adalah tujuan utama kita," demikian Wihaji.