Menperin Tekankan Pentingnya Gas untuk Industri, Dorong Percepatan HGBT
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menekankan pentingnya ketersediaan gas bumi bagi industri manufaktur di Indonesia dan mendorong percepatan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk menjamin kelancaran produksi.
Gas Bumi: Tulang Punggung Industri Manufaktur Indonesia
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita pada Jumat lalu di Jakarta menegaskan pentingnya gas bumi bagi industri nasional. Beliau menyatakan bahwa gas merupakan komponen vital dalam proses produksi dan sebagai bahan baku utama berbagai sektor industri. Pernyataan ini disampaikan menyusul desakan percepatan program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT).
Percepatan HGBT: Jaminan Kelangsungan Produksi
Menperin Agus menekankan urgensi implementasi HGBT. Menurutnya, kelancaran operasional pabrik sangat bergantung pada ketersediaan gas dengan harga terjangkau. "Pabrik harus tetap berjalan, dan gas sebagai bahan baku tetap dibutuhkan dan tersedia," tegas Menperin. Hal ini menunjukkan betapa krusialnya ketersediaan gas bagi kelangsungan operasional industri di Indonesia.
Suplai dan Harga Gas: Kunci Daya Saing Industri
Menperin juga menekankan pentingnya suplai gas yang terjamin dengan harga yang stabil. Ketersediaan dan harga gas yang terjangkau menjadi faktor kunci bagi daya saing industri Indonesia di pasar global. Pasokan yang andal dan harga yang kompetitif akan mendorong pertumbuhan industri nasional dan menarik investasi.
Tujuh Sektor Industri Penerima HGBT dan Potensi Penambahan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia telah memastikan tujuh sektor industri akan tetap menerima manfaat HGBT. Sektor-sektor tersebut meliputi industri pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, gelas kaca, dan sarung tangan karet. Saat ini, Kementerian ESDM sedang mengkaji usulan penambahan sektor industri penerima HGBT.
Dampak Positif HGBT bagi Industri Keramik
Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) melaporkan bahwa kebijakan HGBT telah memberikan dampak positif yang signifikan. Subsidi ini berhasil menurunkan biaya komponen energi hingga 23-26 persen dari total biaya produksi. Lebih lanjut, Asaki juga mencatat adanya efek pengganda (multiplier effect) berupa peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, dan kontribusi pajak yang lebih besar kepada negara. Asaki berharap pemerintah memperpanjang kebijakan HGBT untuk industri keramik hingga Januari 2025.
Kesimpulan
Ketersediaan gas bumi dengan harga yang kompetitif merupakan faktor kunci bagi pertumbuhan industri di Indonesia. Program HGBT diharapkan dapat segera diimplementasikan secara penuh untuk menjamin kelancaran produksi dan daya saing industri nasional. Dukungan pemerintah terhadap program ini sangat penting untuk menjaga keberlanjutan sektor industri dan perekonomian nasional.