Pemkab Malang Genjot Produksi Kopi Lokal, Incar Ekspor 45 Ribu Ton per Tahun
Pemerintah Kabupaten Malang berupaya meningkatkan produksi kopi lokal hingga 45 ribu ton per tahun untuk memenuhi potensi ekspor, menghadapi tantangan cuaca dan keterbatasan lahan.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang, Jawa Timur, tengah gencar meningkatkan produksi kopi lokal dengan target ambisius: mencapai 45 ribu ton per tahun untuk memenuhi potensi ekspor. Upaya ini dilakukan untuk mengatasi rendahnya produksi kopi saat ini yang hanya berkisar 13.500 hingga 15.000 ton per tahun. Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Malang, Avicenna Medisica Sani Putera, menjelaskan berbagai strategi yang diterapkan untuk mencapai target tersebut.
Salah satu strategi yang dijalankan adalah mengadakan kompetisi tahunan bagi kelompok tani kopi. "Kami melakukan langkah membangkitkan animo dengan mengadakan Lomba Kelompok Tani Berprestasi, penilaian dilakukan pada kelembagaan dan bagaimana cita rasa. Potensi ekspor 45 ribu ton per tahun," ujar Avicenna saat ditemui di Wisata Kebun Wonosari, Singosari, Malang, Rabu (7/5).
Para pemenang kompetisi akan diikutsertakan dalam ajang serupa di tingkat provinsi dan nasional. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kopi di Kabupaten Malang. Namun, tantangan besar masih harus dihadapi untuk mencapai target ekspor tersebut.
Tantangan Cuaca dan Luas Lahan
Avicenna mengakui bahwa cuaca menjadi faktor utama yang mempengaruhi produktivitas kopi. "Tantangan kopi ini sangat rentan dengan musim, kopi cenderung membutuhkan situasi dan kondisi tertentu, seandainya hujan terlalu panjang juga merusak (masa generatif kopi)," jelasnya. Hujan yang berkepanjangan dapat mengganggu masa generatif tanaman kopi, sehingga mengurangi hasil panen.
Selain cuaca, luas lahan perkebunan kopi juga menjadi kendala. Luas lahan kopi di Kabupaten Malang saat ini hanya sekitar 18 ribu hektare, jauh lebih kecil dibandingkan dengan lahan tebu yang mencapai lebih dari 44 ribu hektare. "Bahkan (lahan) tebu tahun ini bertambah 3.000 hektare. Kalau memang masyarakat ingin mengembangkan kopi tentu akan kami intervensi," tambah Avicenna.
Rendahnya produktivitas per hektare juga menjadi masalah. Setiap hektare lahan kopi rata-rata hanya menghasilkan 0,8 ton kopi per tahun, meskipun dalam kondisi ideal dapat mencapai lebih dari satu ton. Pemerintah Kabupaten Malang berupaya mengatasi hal ini dengan berbagai program dukungan.
Dukungan Pemerintah untuk Petani Kopi
Pemkab Malang secara rutin memberikan bantuan bibit kopi robusta kepada petani. Untuk jenis arabika, petani mengandalkan swadaya. "Kalau pupuk, karena kopi masih termasuk di dalam kelompok komoditas yang mendapatkan subsidi pemerintah, maka masih ada (subsidi)," kata Avicenna. Subsidi pupuk diharapkan dapat membantu petani mengurangi biaya produksi.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Pemkab Malang optimistis dapat meningkatkan produksi kopi lokal. Komitmen untuk memberikan dukungan kepada petani dan upaya peningkatan kualitas kopi diharapkan dapat mendorong peningkatan produksi dan mencapai target ekspor 45 ribu ton per tahun. Keberhasilan ini akan berdampak positif pada perekonomian masyarakat Kabupaten Malang.
Langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan Pemkab Malang menunjukkan keseriusan dalam mengembangkan sektor perkebunan kopi. Dengan dukungan pemerintah dan kerja keras petani, potensi ekspor kopi Malang diharapkan dapat terwujud.