Pemuda Adat Sorong Selatan Dilatih Patroli Hutan, Jaga Keanekaragaman Hayati Papua Barat Daya
Dinas Lingkungan Hidup Kehutanan dan Pertanahan (DLHKP) Papua Barat Daya melatih pemuda adat di Sorong Selatan untuk patroli hutan berbasis SMART, guna menjaga keanekaragaman hayati dan melestarikan hutan adat.

Sorong, 26 April 2025 - Dinas Lingkungan Hidup Kehutanan dan Pertanahan (DLHKP) Provinsi Papua Barat Daya telah melatih pemuda-pemudi dari Suku Gemna, Nakna, Afsya, dan Yaben di Distrik Konda, Kabupaten Sorong Selatan. Pelatihan ini berfokus pada patroli hutan adat menggunakan Spatial Monitoring and Reporting Tool (SMART). Pelatihan ini merupakan wujud nyata pemberdayaan kehutanan dalam rangka otonomi khusus di Tanah Papua, sekaligus upaya menjaga kelestarian hutan adat yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Kepala DLHKP Papua Barat Daya, Julian Kelly Kambu, menjelaskan bahwa hutan adat bukan hanya sekadar wilayah, tetapi juga warisan budaya dan kontribusi penting Papua Barat Daya dalam mitigasi perubahan iklim global. Sorong Selatan, dengan luas wilayah administratif 654.900 hektare, memiliki sekitar 497.522 hektare ekosistem alami bernilai tinggi, menyimpan kekayaan flora dan fauna yang luar biasa. Kajian tahun 2023 oleh Konservasi Indonesia dan BBKSDA Papua Barat Daya mencatat keberadaan 416 jenis tumbuhan dan 372 spesies vertebrata.
Pelatihan yang berlangsung di Aula Bappeda Sorong Selatan diikuti oleh belasan pemuda adat dari lima kampung di Distrik Konda (Bariat, Manelek, Nakna, Konda, dan Wamargege) serta dusun persiapan Onipia, Demen, dan Simora. Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 23 hingga 26 April 2025 ini merupakan kolaborasi antara DLHKP Papua Barat Daya, BBKSDA Papua Barat Daya, BPSKL Wilayah Maluku-Papua, DLH Sorong Selatan, dan Konservasi Indonesia. Harapannya, pelatihan ini akan mempercepat pengakuan resmi hutan adat oleh pemerintah pusat.
Pelatihan Patroli Hutan Berbasis SMART
Pelatihan peningkatan kapasitas ini mencakup sembilan topik penting, termasuk kategorisasi temuan patroli, penggunaan tally sheet dan perangkat GPS, serta penginputan data ke aplikasi SMART. Peserta juga mendapatkan praktik lapangan selama lebih dari 600 menit di hutan sekitar Kampung Bariat. Materi yang komprehensif ini bertujuan untuk membekali pemuda adat dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam melakukan patroli dan pemantauan hutan secara efektif dan efisien.
Yusup Maikel Sianggo, pendiri Komunitas Pemuda Adat GENAYA (Gabungan sub-suku Gemna, Nakna, Afsya, dan Yaben), mengungkapkan rasa bangganya atas pelatihan ini. "Saya mengapresiasi dukungan dari pemerintah dan para mitra. Ilmu yang kami pelajari sangat berguna untuk menjaga hutan kami, karena hutan adalah hidup kami," ujarnya. Hal senada disampaikan oleh Roberth Mandosir, Direktur Program Papua dari Konservasi Indonesia, yang menjelaskan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari program Kuatkan Adat, Sumber Daya Alam Lestari (KASUARI).
Program KASUARI mencakup 150.000 hektare kawasan hutan di Sorong Selatan dan bertujuan untuk memastikan pengelolaan hutan dilakukan secara berkelanjutan. Pelatihan ini tidak hanya mengajarkan pemuda adat tentang perlindungan hutan, tetapi juga memberdayakan mereka untuk memimpin perubahan menuju masa depan yang lestari. Distrik Konda kini menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat adat berperan sebagai garda terdepan dalam menjaga hutan dan melestarikan alam untuk generasi mendatang.
Keanekaragaman Hayati Sorong Selatan
Sorong Selatan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Berdasarkan kajian tahun 2023, ditemukan 416 jenis tumbuhan dan 372 spesies vertebrata, termasuk 58 mamalia, 280 burung, 36 reptil, dan 14 amfibia. Kekayaan hayati ini menjadi alasan pentingnya pelestarian hutan adat di wilayah tersebut. Pelatihan patroli hutan berbasis SMART diharapkan dapat membantu dalam melindungi keanekaragaman hayati yang luar biasa ini.
Dengan pelatihan ini, diharapkan pemuda adat dapat berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan hutan adat, sekaligus berkontribusi pada upaya konservasi keanekaragaman hayati di Papua Barat Daya. Partisipasi aktif masyarakat adat sangat krusial dalam keberhasilan upaya pelestarian lingkungan jangka panjang. Program ini juga menunjukkan komitmen pemerintah dan berbagai pihak dalam mendukung pengelolaan hutan berkelanjutan berbasis kearifan lokal.
Keberhasilan program ini akan menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia dalam memberdayakan masyarakat adat untuk turut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati.