Pencak Silat Masuk Ekstrakurikuler Sekolah DKI Jakarta: Lestarikan Budaya Betawi
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjadikan pencak silat sebagai ekstrakurikuler di sekolah-sekolah untuk melestarikan budaya Betawi dan menanamkan kecintaan terhadap akar budaya Indonesia kepada generasi muda.

Jakarta, 24 April 2024 (ANTARA) - Dalam upaya melestarikan budaya Betawi dan menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap akar budayanya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta resmi menetapkan pencak silat sebagai ekstrakurikuler di sekolah-sekolah di wilayah DKI Jakarta. Kebijakan ini diumumkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Mochamad Miftahulloh Tamary, dalam keterangan resmi di Jakarta.
Langkah ini diambil sebagai bagian dari program Pemprov DKI Jakarta untuk memasukkan pemajuan budaya Betawi ke dalam muatan lokal sekolah. Miftahulloh menjelaskan bahwa pemajuan budaya sangat penting bagi setiap bangsa, karena budaya merupakan akar identitas, menentukan asal-usul, dan arah langkah ke depan. "'Kami ingin anak-anak atau generasi muda dapat mencintai akar budayanya dan menjadikan Budaya Betawi sebagai bagian dari kehidupan,'" ujar Miftahulloh, mengutip pernyataan resminya.
Lebih lanjut, Miftahulloh memaparkan bahwa pemajuan budaya Betawi dijalankan melalui empat pilar strategis: pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan. Upaya ini sejalan dengan komitmen Pemprov DKI Jakarta dalam melestarikan budaya Betawi sebagai identitas penting Jakarta dan aset budaya nasional yang berharga.
Ekstrakurikuler Pencak Silat: Jembatan Generasi Muda dengan Budaya Betawi
Dengan menjadikan pencak silat sebagai ekstrakurikuler, Pemprov DKI Jakarta berharap dapat mendekatkan generasi muda dengan warisan budaya leluhur. Pencak silat, sebagai olahraga tradisional yang kaya akan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal, dipilih sebagai media efektif untuk menanamkan rasa cinta tanah air dan kebanggaan terhadap budaya Betawi.
Program ini juga diharapkan dapat meningkatkan apresiasi generasi muda terhadap seni bela diri tradisional Indonesia. Selain aspek bela diri, pencak silat juga mengandung nilai-nilai seni dan budaya yang perlu dijaga kelestariannya. Dengan demikian, generasi muda tidak hanya mempelajari teknik bela diri, tetapi juga memahami nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya.
Ke depannya, diharapkan lebih banyak sekolah yang akan mengimplementasikan program ekstrakurikuler pencak silat ini. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk orang tua dan masyarakat, sangat penting untuk keberhasilan program ini.
10 Objek Pemajuan Kebudayaan Betawi
Pemprov DKI Jakarta telah menetapkan 10 objek pemajuan kebudayaan Betawi sebagai fokus utama. Objek-objek tersebut meliputi berbagai aspek budaya, antara lain:
- Manuskrip
- Adat istiadat
- Ritus
- Tradisi lisan dan bahasa
- Seni
- Pengetahuan tradisional
- Teknologi tradisional
- Olahraga tradisional
- Permainan rakyat
Dengan fokus pada 10 objek tersebut, Pemprov DKI Jakarta berupaya untuk melestarikan dan mengembangkan seluruh aspek budaya Betawi secara komprehensif. Hal ini menunjukkan komitmen yang kuat untuk menjaga warisan budaya leluhur agar tetap lestari dan relevan bagi generasi mendatang.
Melestarikan Budaya Betawi untuk Jakarta Global
Miftahulloh menekankan pentingnya pelestarian dan pengembangan budaya Betawi sebagai fondasi dalam membangun Jakarta sebagai kota global. Ia berharap budaya Betawi dapat menjadi tuan rumah di kotanya sendiri dan terus dipromosikan tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga internasional. "'Bagaimana kebudayaan Betawi bisa menjadi tuan rumah di Jakarta dan kita terus mendorong pemajuan Budaya Betawi tidak hanya di taraf nasional, tapi juga internasional,'" katanya.
Dengan menjadikan pencak silat sebagai ekstrakurikuler, Pemprov DKI Jakarta mengambil langkah nyata dalam upaya tersebut. Hal ini menunjukkan komitmen yang kuat untuk menjadikan budaya Betawi sebagai bagian integral dari identitas Jakarta dan aset budaya nasional yang dibanggakan.
Program ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam melestarikan dan memajukan budaya Betawi, sekaligus menanamkan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal kepada generasi muda. Dengan demikian, budaya Betawi dapat tetap hidup, relevan, dan diwariskan kepada generasi mendatang, sekaligus memperkaya khazanah budaya Indonesia.