Polisi Dampingi Pemulihan Santri Korban Pencabulan Oknum Guru Pesantren Cirebon
Polresta Cirebon mendampingi pemulihan santri korban pencabulan oleh oknum guru pesantren dan pelaku terancam hukuman 15 tahun penjara.

Seorang santri di Kecamatan Weru, Cirebon, Jawa Barat, menjadi korban pencabulan oleh oknum guru pesantrennya berinisial W. Kejadian ini terungkap pada 17 Februari 2025, dan dilaporkan ke Polresta Cirebon. Polisi langsung bertindak cepat melakukan penyelidikan dan berhasil menangkap pelaku pada 13 Februari 2025, memberikan pendampingan penuh kepada korban, dan menjerat pelaku dengan pasal perlindungan anak.
Kepolisian Resor Kota (Polresta) Cirebon berkomitmen penuh dalam menangani kasus ini secara profesional dan memastikan perlindungan bagi korban. Kepala Polresta Cirebon, Kombes Pol. Sumarni, menyatakan bahwa pihaknya bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memberikan pendampingan psikologis kepada korban guna mempercepat proses pemulihannya. Korban mendapatkan perlindungan penuh dari pihak kepolisian.
Modus operandi pelaku cukup licik. Dengan berpura-pura meminta pijatan, pelaku W melakukan tindakan pencabulan terhadap korban. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kewaspadaan dan perlindungan bagi anak-anak, khususnya di lingkungan pendidikan seperti pesantren.
Pelaku Ditangkap dan Terancam Hukuman Berat
Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polresta Cirebon langsung bergerak cepat setelah menerima laporan kasus pencabulan tersebut. Pelaku, berinisial W, berhasil ditangkap pada 13 Februari 2025. Polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti yang berkaitan dengan kasus ini, termasuk pakaian dan perlengkapan lainnya.
Kasatreskrim Polresta Cirebon, AKP I Putu Prabawa, menegaskan bahwa penyelidikan masih terus berlanjut. Pihaknya juga membuka kesempatan bagi korban lain yang mungkin mengalami kejadian serupa untuk segera melapor. Hal ini penting untuk memastikan keadilan bagi semua korban dan mencegah kejadian serupa terulang kembali.
Pelaku dijerat dengan Pasal 82 ayat (1) dan ayat (2) junto Pasal 76E Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak. Ancaman hukuman yang dihadapi pelaku cukup berat, yaitu maksimal 15 tahun penjara. Proses hukum akan terus berjalan untuk memastikan keadilan ditegakkan.
Pendampingan Psikis Korban Menjadi Prioritas
Selain fokus pada proses hukum, Polresta Cirebon juga memprioritaskan pendampingan psikis bagi korban. Hal ini dilakukan untuk membantu korban pulih dari trauma yang dialaminya. Kerjasama dengan berbagai pihak terkait, termasuk psikolog, dilakukan untuk memastikan korban mendapatkan dukungan yang dibutuhkan.
Kombes Pol. Sumarni menekankan pentingnya perlindungan anak dan memastikan hak-hak korban terpenuhi. Polisi berkomitmen untuk memberikan pendampingan yang komprehensif, baik secara hukum maupun psikis, agar korban dapat kembali menjalani kehidupan normal.
Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta Cirebon berperan aktif dalam menangani kasus ini. Mereka memberikan dukungan dan perlindungan penuh kepada korban selama proses hukum berlangsung. Keberadaan PPA sangat penting dalam memberikan rasa aman dan nyaman bagi korban kekerasan seksual.
Pentingnya Laporan dan Pencegahan
Kasus pencabulan di lingkungan pesantren ini menyoroti pentingnya kewaspadaan dan pencegahan kekerasan seksual, terutama di lingkungan pendidikan. Polisi menghimbau kepada masyarakat, khususnya para santri, agar berani melapor jika mengalami atau mengetahui adanya kasus serupa. Kerjasama antara pihak kepolisian, lembaga pendidikan, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan melindungi anak-anak dari kekerasan seksual.
AKP I Putu Prabawa menekankan pentingnya laporan dari korban lain yang mungkin mengalami hal serupa. Dengan adanya laporan, polisi dapat melakukan penyelidikan lebih lanjut dan menindak tegas pelaku. Proses hukum yang transparan dan adil diharapkan dapat memberikan efek jera bagi pelaku dan mencegah terjadinya kasus serupa di masa mendatang. Perlindungan anak merupakan tanggung jawab bersama.
Kasus ini menjadi pengingat pentingnya perlindungan anak dan pengawasan ketat di lingkungan pendidikan. Pihak berwenang perlu meningkatkan upaya pencegahan dan memberikan edukasi kepada anak-anak tentang perlindungan diri dari kekerasan seksual. Semoga kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk lebih peduli dan melindungi anak-anak.