Pendampingan Korban Pencabulan Guru Ngaji di Lampung Selatan
Dinas PPPA Lampung Selatan memberikan pendampingan psikologis kepada GM, korban pencabulan oleh guru ngaji, termasuk pendampingan saat visum dan rencana konseling berkelanjutan.

Lampung Selatan, 14 Februari 2025 - Sebuah kasus pencabulan terhadap anak di bawah umur mengguncang Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan. Korban, seorang pelajar SMP berinisial GM, menjadi sasaran tindakan bejat oleh gurunya sendiri, seorang guru ngaji berinisial ZK. Beruntung, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kabupaten Lampung Selatan sigap memberikan pendampingan psikologis kepada GM.
Respon Cepat Dinas PPPA
Kepala UPTD PPA Lampung Selatan, Acam Suyana, menjelaskan kronologi penanganan kasus ini. "Setelah mendapat informasi, kami langsung mengunjungi rumah korban," ujarnya. "Keesokan harinya, kami mendampingi GM saat menjalani visum di rumah sakit." Langkah cepat ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam melindungi korban kekerasan seksual.
Peristiwa ini terjadi pada 22 Januari 2025. Setelah menerima laporan, Satreskrim Polres Lampung Selatan langsung bergerak cepat dan menangkap pelaku, ZK. Proses hukum pun kini tengah berjalan. Namun, penanganan kasus ini tidak hanya berfokus pada aspek hukum saja. Aspek pemulihan psikologis korban juga menjadi prioritas utama.
Pemulihan Psikologis Korban
GM mengalami trauma berat akibat kekerasan seksual yang dialaminya. Untuk itu, Dinas PPPA Lampung Selatan tidak hanya memberikan pendampingan emosional, tetapi juga memastikan GM mendapatkan perawatan psikologis profesional. "Kami mendampingi korban untuk melakukan pemeriksaan klinis psikologis di Bandarlampung," kata Acam Suyana. Tujuannya adalah untuk memulihkan kondisi psikis GM agar ia dapat kembali menjalani kehidupan normal.
Proses pemulihan ini tidak hanya dilakukan sekali saja. Dinas PPPA berkomitmen untuk terus mendampingi GM, bahkan setelah proses persidangan selesai. "Setelah ada putusan inkrah pun, kami akan tetap memberikan konseling lanjutan," tegas Acam Suyana. Komitmen jangka panjang ini sangat penting untuk memastikan GM benar-benar pulih dari trauma yang dialaminya.
Dukungan dari Pihak Sekolah
Selain pendampingan dari Dinas PPPA, dukungan dari lingkungan sekitar juga sangat penting bagi proses pemulihan GM. Acam Suyana mengimbau pihak sekolah untuk memberikan dukungan penuh kepada GM. "Korban sudah mulai bersekolah lagi. Kami meminta tenaga pendidik di sekolah untuk terus mendukung korban dalam menuntut ilmu," pesannya. Dukungan dari sekolah diharapkan dapat membantu GM untuk merasa aman dan nyaman dalam melanjutkan pendidikannya.
Harapan untuk Masa Depan
Kasus pencabulan yang menimpa GM menjadi pengingat penting bagi kita semua tentang pentingnya melindungi anak-anak dari kekerasan seksual. Peran aktif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, keluarga, sekolah, dan masyarakat, sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kasus serupa di masa mendatang. Semoga kasus ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita semua dan mendorong upaya yang lebih maksimal dalam melindungi anak-anak Indonesia.
Proses hukum terhadap pelaku, ZK, akan terus dipantau. Namun, yang tak kalah penting adalah memastikan pemulihan psikologis korban. Dengan pendampingan yang intensif dan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan GM dapat pulih dan kembali menjalani kehidupannya dengan normal. Semoga kasus ini juga dapat mendorong peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan anak dan pencegahan kekerasan seksual.