Saham BSI Melonjak 28,21 Persen! Transformasi Digital dan Bisnis Emas Jadi Kunci
Saham Bank Syariah Indonesia (BSI) meroket 28,21 persen secara bulanan, didorong arus modal asing dan kinerja positif berkat transformasi digital serta pertumbuhan pesat bisnis emas.

Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dengan kode emiten BRIS mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 28,21 persen secara bulanan (mtm) hingga mencapai level Rp3.000 pada penutupan perdagangan Selasa (6/5). Kenaikan ini didorong oleh beberapa faktor kunci, termasuk arus masuk investasi dari investor asing dan kinerja perusahaan yang positif sepanjang triwulan I 2025. Volume perdagangan saham BRIS tercatat mencapai 56,93 juta lembar, menjadikan BRIS sebagai salah satu saham yang paling aktif diperdagangkan (movers) dalam indeks LQ45, sementara IHSG ditutup naik 5,48 persen secara month to month.
Corporate Secretary BSI, Wisnu Sunandar, menjelaskan bahwa lonjakan harga saham BRIS ini sejalan dengan peningkatan investasi asing yang mencapai Rp147,2 miliar sepanjang tahun 2025. Ekspektasi kinerja positif BSI ke depannya didasarkan pada keberhasilan transformasi digital dan peningkatan pangsa pasar (market share), yang didukung oleh fundamental perusahaan yang solid.
Kinerja BSI pada Maret 2025 menunjukkan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Transformasi layanan digital telah mendorong peningkatan pendapatan berbasis biaya (fee based income/FBI), berkontribusi pada peningkatan laba bersih perusahaan menjadi Rp1,88 triliun, atau tumbuh 10 persen secara tahunan (yoy).
Transformasi Digital dan Bisnis Emas Dorong Kenaikan Saham BSI
Salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan BSI adalah keberhasilan transformasi digital. Peningkatan layanan digital telah secara signifikan meningkatkan pendapatan berbasis biaya, yang selanjutnya berdampak positif pada laba bersih perusahaan. Hal ini menunjukkan strategi digitalisasi BSI berjalan efektif dan mampu menghasilkan keuntungan yang signifikan.
Selain itu, pertumbuhan bisnis emas juga memberikan kontribusi besar terhadap kinerja positif BSI. Setelah ditetapkannya BSI sebagai bank emas pertama oleh Presiden RI Prabowo Subianto pada 26 Februari 2025, bisnis emas BSI, khususnya melalui platform BYOND by BSI, mengalami peningkatan yang signifikan. Tren pembelian emas oleh nasabah dan kesiapan produk emas BSI menjadi pendorong utama pertumbuhan ini.
Pertumbuhan nasabah BSI juga mengalami peningkatan signifikan, sekitar 28 persen, mencapai sekitar 119 ribu nasabah pada Maret 2025. Saldo emas BSI pun meningkat hingga 621 kilogram (kg). Dari sisi nilai, bisnis emas BSI melesat 81,99 persen (yoy) menjadi Rp14,33 triliun pada Maret 2025.
Rincian Pertumbuhan Bisnis Emas BSI
- Cicil Emas: Rp7,37 triliun (pertumbuhan 168,64 persen yoy)
- Gadai Emas: Rp6,96 triliun (pertumbuhan 35,65 persen yoy)
Bisnis emas berkontribusi sebesar 17,81 persen terhadap pendapatan berbasis biaya BSI. Pendapatan berbasis biaya lainnya, seperti dari bisnis e-channel dan treasury, juga mengalami peningkatan.
Menurut Wisnu Sunandar, bisnis emas menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan bisnis BSI saat ini, terutama karena merupakan bagian dari pertumbuhan anorganik dan sangat penting dalam kondisi ekonomi yang menantang. Ia menambahkan bahwa ke depannya, bisnis emas akan menjadi mesin pertumbuhan baru (new growth engine) di segmen pembiayaan konsumer dan bagian dari diversifikasi portofolio untuk menjaga stabilitas pendapatan perusahaan. Sementara itu, dari sisi pendanaan, BSI akan fokus pada dana murah dari produk haji.
Secara keseluruhan, kinerja positif BSI yang ditopang oleh transformasi digital dan pertumbuhan pesat bisnis emas telah mendorong kepercayaan investor, tercermin dalam kenaikan signifikan harga sahamnya. Hal ini menunjukkan potensi BSI untuk terus bertumbuh di masa mendatang.