Silaturahmi dan Peringatan: KBRI Colombo Gelar Buka Puasa Bersama di Masjid Memorial
KBRI Colombo menggelar buka puasa bersama di Masjid Indonesia Memorial, Sri Lanka, untuk mempererat hubungan Indonesia-Sri Lanka dan mengenang korban tragedi penerbangan haji.

Pada tanggal 9 Maret 2024, KBRI Colombo menggelar acara buka puasa bersama atau Iftar di Masjid Indonesia Memorial, Maskeliya, Sri Lanka. Acara yang dihadiri sekitar 100 orang ini bertujuan untuk memperkuat hubungan antar-masyarakat Indonesia dan Sri Lanka, sekaligus memperingati tragedi kecelakaan pesawat haji di masa lalu. Iftar Ramadhan ini menjadi wadah penting dalam meningkatkan aspek spiritualisme-sosial kemasyarakatan kedua negara.
Duta Besar RI untuk Sri Lanka merangkap Maladewa, Dewi Gustina Tobing, hadir langsung dalam acara tersebut. Dalam siaran persnya, beliau menekankan pentingnya acara ini sebagai upaya meningkatkan hubungan people-to-people antara Indonesia dan Sri Lanka. Buka puasa bersama diharapkan dapat mempererat tali silaturahmi dan memperkuat rasa persaudaraan antar kedua bangsa.
Selain mempererat hubungan bilateral, acara ini juga memiliki makna mendalam bagi Indonesia. Masjid Indonesia Memorial sendiri dibangun untuk mengenang para korban kecelakaan pesawat Martin Air 138 pada tahun 1974. Pesawat tersebut, yang disewa Garuda Indonesia untuk mengangkut jemaah haji, mengalami kecelakaan dan menewaskan seluruh 182 penumpang dan 9 awak pesawat. Monumen tersebut dibangun di lokasi jatuhnya pesawat, dekat Seven Virgin Hills, Central Province Sri Lanka, tempat sebagian besar jasad korban ditemukan dan dimakamkan.
Mengenang Tragedi dan Mempererat Persaudaraan
Masjid Indonesia Memorial memiliki sejarah yang sangat penting bagi Indonesia. Lokasi ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi monumen peringatan bagi para korban tragedi penerbangan haji tahun 1974. Kehadiran Duta Besar Dewi Gustina Tobing pada acara Iftar semakin menegaskan pentingnya penghormatan dan mengenang para korban.
Acara Iftar ini juga menjadi kesempatan untuk menyampaikan apresiasi kepada pengurus dan masyarakat setempat yang telah membantu KBRI Colombo dalam merawat dan menjaga Masjid Indonesia Memorial. Hal ini menunjukkan kerja sama yang baik dan saling menghormati antara Indonesia dan masyarakat Sri Lanka.
Dubes Dewi juga menekankan pentingnya toleransi dan keharmonisan dalam kehidupan beragama, serta menjaga kesehatan selama bulan Ramadhan. Pesan ini sejalan dengan nilai-nilai persaudaraan dan kebersamaan yang ingin diwujudkan melalui acara Iftar tersebut. Hal ini juga menunjukkan komitmen Indonesia dalam menjalin hubungan yang harmonis dan saling menghormati dengan negara lain.
Sejarah Kecelakaan Pesawat Haji di Sri Lanka
Tragedi kecelakaan pesawat Martin Air 138 bukanlah satu-satunya peristiwa kecelakaan pesawat yang melibatkan jemaah haji Indonesia di Sri Lanka. Sejarah mencatat dua kecelakaan besar lainnya. Yang pertama adalah kecelakaan pesawat Martinair 138 yang terjadi pada tahun 1974 di perbukitan Seven Virgin Hills, menewaskan 191 orang. Yang kedua adalah kecelakaan pesawat Icelandic Loftleider LL001 pada tahun 1978, sekitar 2 km dari Bandara Katunayake, yang menewaskan 183 dari 262 penumpang dan kru.
Kedua tragedi ini menyisakan duka mendalam bagi Indonesia. Namun, melalui acara Iftar di Masjid Indonesia Memorial, KBRI Colombo berupaya untuk mengubah duka menjadi sebuah penghormatan dan pengingat akan pentingnya keselamatan penerbangan dan solidaritas antar bangsa.
Dengan adanya acara Iftar ini, KBRI Colombo tidak hanya membangun hubungan yang lebih erat dengan masyarakat Sri Lanka, tetapi juga menunjukkan komitmen Indonesia dalam menghormati para korban tragedi penerbangan haji di masa lalu. Acara ini menjadi simbol persaudaraan dan penghormatan yang mendalam bagi para korban dan keluarga yang ditinggalkan.
Melalui kegiatan ini, diharapkan hubungan people-to-people antara Indonesia dan Sri Lanka akan semakin erat, ditandai dengan rasa saling menghormati dan menghargai. Semoga tragedi masa lalu dapat menjadi pelajaran berharga bagi keselamatan penerbangan di masa depan.