Sukses Tekan Wabah PMK di Aceh, Tersisa Empat Kasus
Penjabat Gubernur Aceh, Safrizal ZA, mengumumkan keberhasilan menekan wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) hingga hanya menyisakan empat kasus, setelah sebelumnya menyerang lebih dari 2.600 ternak.
Banda Aceh, 07 Februari 2024 - Provinsi Aceh berhasil menekan wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) secara signifikan. Penjabat Gubernur Aceh, Safrizal ZA, mengumumkan kabar baik ini pada Jumat lalu, menyatakan bahwa hanya tersisa empat kasus PMK yang masih dalam perawatan. Kabar ini menandai sebuah pencapaian penting dalam upaya pemerintah Aceh memberantas penyakit yang menyerang ternak ini.
Penanganan PMK di Aceh: Dari Ribuan Kasus hingga Hampir Nol
Sebelumnya, wabah PMK di Aceh telah menyerang sebanyak 2.692 ternak. Angka ini tentu mengkhawatirkan bagi peternak dan perekonomian Aceh. Namun, berkat kerja keras tim gabungan pemerintah dan tenaga kesehatan hewan (Nakeswan), sebanyak 2.635 ternak berhasil disembuhkan. Sayangnya, 19 ekor terpaksa dipotong paksa, dan 34 ekor lainnya mati akibat penyakit ini. Keempat kasus yang tersisa saat ini berada di Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Selatan, dan diharapkan segera pulih.
Safrizal ZA menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Dinas Peternakan Aceh dan seluruh Nakeswan atas dedikasi dan kerja keras mereka dalam menangani wabah PMK. Koordinasi yang intensif antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota juga menjadi kunci keberhasilan dalam menekan penyebaran penyakit ini. Sejak akhir tahun 2024, ketika wabah PMK kembali muncul, upaya penanganan dan pencegahan telah dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan.
Strategi Pencegahan dan Penanggulangan PMK
Pemerintah Aceh tidak hanya fokus pada pengobatan ternak yang terjangkit, tetapi juga gencar melakukan upaya pencegahan. Salah satu strategi kunci adalah vaksinasi. Dari 1.000 dosis vaksin PMK yang dihibahkan pemerintah pusat, seluruhnya telah disalurkan dan digunakan untuk memvaksinasi 2.846 ternak. Masih tersedia 3.055 dosis vaksin tahap I yang siap digunakan. Selain vaksinasi, penerapan biosekuriti juga dikampanyekan secara intensif kepada peternak.
Biosekuriti meliputi pemisahan ternak yang sakit, pembersihan dan desinfeksi kandang secara rutin, serta pembatasan pergerakan ternak. Pemerintah Aceh juga melakukan pengetatan lalu lintas ternak di sejumlah titik perbatasan, seperti Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, dan Subulussalam. Langkah ini bertujuan untuk mencegah penyebaran PMK dari daerah lain.
Imbauan kepada Masyarakat Peternak
Pj Gubernur Aceh juga mengingatkan masyarakat, khususnya para peternak, untuk tetap waspada dan tidak lengah. Vaksinasi rutin setiap enam bulan sekali sangat penting untuk mencegah penyebaran PMK. Peternak juga diimbau untuk selalu memeriksa kesehatan ternaknya secara rutin, memberikan pakan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan peralatan. Pengelolaan limbah peternakan juga harus dilakukan dengan baik untuk mencegah penularan penyakit.
Kepala Dinas Peternakan Aceh, Zalsufran, menambahkan bahwa masyarakat harus segera melaporkan ke Nakeswan jika menemukan ternak yang menunjukkan gejala PMK, seperti air liur berlebih, luka pada mulut dan kuku, pincang, ambruk, atau kehilangan nafsu makan. Deteksi dini dan penanganan cepat sangat penting untuk mencegah meluasnya wabah PMK.
Target Nol Kasus PMK di Aceh
Meskipun telah berhasil menekan wabah PMK secara signifikan, pemerintah Aceh tetap berkomitmen untuk mencapai target nol kasus. Upaya pencegahan dan pengawasan akan terus ditingkatkan untuk memastikan wabah PMK tidak kembali muncul di masa mendatang. Kerja sama antara pemerintah, Nakeswan, dan masyarakat peternak sangat krusial dalam mencapai tujuan ini. Keberhasilan penanganan PMK di Aceh menjadi contoh baik bagi daerah lain dalam menghadapi wabah penyakit hewan.