Terungkap! Vale Indonesia Pangkas Kebutuhan Dana Hingga Miliaran Dolar AS Lewat Efisiensi Belanja Modal
PT Vale Indonesia (INCO) berupaya menekan kebutuhan pendanaan hingga miliaran dolar AS melalui efisiensi belanja modal. Bagaimana strategi ini akan mempengaruhi proyek-proyek raksasa mereka?

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) secara aktif mengupayakan efisiensi belanja modal (capital expenditure/capex) guna menekan kebutuhan pendanaan yang signifikan. Langkah strategis ini diharapkan mampu mengurangi kebutuhan dana sebesar 1 hingga 1,2 miliar dolar AS yang ditargetkan hingga tahun 2027. Upaya efisiensi ini menjadi fokus utama perseroan di tengah dinamika pasar nikel global.
Presiden Direktur PT Vale Indonesia, Bernardus Irmanto, menjelaskan bahwa angka kebutuhan pendanaan tersebut bersifat dinamis dan sangat bergantung pada kondisi proyek. Menurut Irmanto, efisiensi capex pada proyek-proyek yang sedang berjalan, khususnya di sektor penambangan, telah banyak dilakukan. Hal ini menjadi kunci dalam menjaga stabilitas keuangan perusahaan.
Efisiensi yang berhasil dicapai, seperti pada proyek Pomalaa di Sulawesi Tenggara, bahkan memungkinkan Vale Indonesia untuk membayarkan dividen kepada pemegang saham. Pencapaian ini terbilang istimewa mengingat kondisi pasar nikel yang sedang tidak menguntungkan. Perseroan mampu merealisasikan rencana modal dengan angka yang lebih rendah tanpa mengorbankan kualitas proyek.
Strategi Efisiensi Belanja Modal Vale
Efisiensi belanja modal yang dilakukan oleh PT Vale Indonesia bukan sekadar memangkas anggaran, melainkan mengoptimalkan setiap pengeluaran. Bernardus Irmanto menegaskan bahwa beberapa rencana capital untuk tambang dapat direalisasikan dengan angka yang lebih rendah, namun tetap menghasilkan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik. Pendekatan ini menunjukkan komitmen perusahaan terhadap pengelolaan keuangan yang cermat.
Salah satu contoh nyata efisiensi terlihat pada proyek Pomalaa, Sulawesi Tenggara, khususnya dalam kegiatan penambangan. Dengan penerapan metode yang lebih efisien dan teknologi yang tepat, Vale Indonesia berhasil menekan biaya operasional dan investasi. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa efisiensi dapat dicapai tanpa mengorbankan produktivitas maupun kualitas hasil.
Selain faktor internal, kebutuhan pendanaan juga sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar nikel. Jika suasana pasar membaik, kebutuhan pendanaan eksternal berpotensi semakin ditekan. Oleh karena itu, angka 1–1,2 miliar dolar AS yang disebutkan merupakan perkiraan konservatif yang dapat berubah sesuai perkembangan ekonomi dan industri.
Proyek Ambisius dan Kebutuhan Pendanaan Eksternal
PT Vale Indonesia Tbk membidik pendanaan eksternal antara 1 hingga 1,2 miliar dolar AS secara bertahap hingga tahun 2027. Dana ini dialokasikan untuk membiayai pengembangan tiga proyek tambang nikel utama di Bahodopi, Pomalaa, dan Sorowako. Proyek-proyek ini merupakan bagian integral dari strategi jangka panjang perusahaan untuk memperkuat posisi di industri nikel global.
Selain proyek tambang, pendanaan tersebut juga akan digunakan untuk mendukung pembangunan fasilitas pengolahan nikel berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Fasilitas ini dijalankan bersama sejumlah mitra strategis, menunjukkan komitmen Vale Indonesia dalam mengembangkan hilirisasi nikel di Tanah Air. Investasi pada teknologi HPAL diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk nikel.
Head of Corporate Finance and Investor Relation Vale Indonesia, Andaru Brahmono Adi, menjelaskan bahwa kebutuhan dana ini akan terbagi menjadi beberapa fase. Perusahaan masih melakukan perhitungan dan analisis internal untuk menentukan struktur pendanaan terbaik. Tahap awal sekitar 500 juta dolar AS rencananya akan diperoleh melalui pinjaman bank pada tahun 2026. Sementara itu, sisa pendanaan antara 500–700 juta dolar AS berpotensi dihimpun melalui penerbitan obligasi pada tahun 2027, menunjukkan pendekatan pendanaan yang terencana dan bertahap.