TPS 3R Katulampa: Role Model Pengelolaan Sampah di Kota Bogor
Pemkot Bogor menetapkan TPS 3R Katulampa sebagai model pengelolaan sampah berbasis masyarakat, mengurangi beban TPA dan menciptakan ekonomi sirkular.

Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menetapkan Takesi TPS 3R Katulampa di Perumahan Mutiara Bogor Raya (MBR), Kelurahan Katulampa, sebagai contoh pengelolaan sampah berbasis masyarakat. TPS 3R, yang menerapkan prinsip Reduce, Reuse, dan Recycle, diresmikan pada Sabtu (26/4) lalu. Inisiatif ini bertujuan mengurangi volume sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan melibatkan aktif partisipasi warga.
Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, menekankan pentingnya peran masyarakat dalam mengatasi masalah sampah. Beliau menyatakan bahwa pengelolaan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan gerakan bersama. "Mari kita terus tingkatkan kesadaran bersama untuk memilah sampah sejak dari rumah," ujar Dedie.
Revitalisasi TPS 3R Katulampa merupakan bagian strategi penanganan sampah Kota Bogor. Pemkot Bogor berharap model ini dapat diterapkan di seluruh wilayah, dengan pembentukan TPS 3R di setiap kelurahan dan kecamatan. Tujuannya adalah menciptakan Kota Bogor yang lebih bersih, tertata, dan ramah lingkungan.
Sukses Mengelola Sampah dan Memberdayakan Masyarakat
Ketua TPS 3R Katulampa, Bandung Sahari, menjelaskan TPS tersebut mengelola sampah dari lebih dari 900 kepala keluarga, dengan kapasitas pengolahan mencapai 1,7 ton per hari. Sekitar 50 persennya adalah sampah organik. Fasilitas yang lebih lengkap memungkinkan pengolahan sampah organik menjadi kompos dan sampah plastik yang dapat didaur ulang di bank sampah.
TPS 3R Katulampa tidak hanya fokus pada pengurangan sampah, tetapi juga pengembangan ekonomi sirkular. Sampah organik diolah menjadi kompos dan pakan ternak, sementara sampah plastik diubah menjadi roster untuk konstruksi. Bahkan, mereka berhasil memproduksi telur dari fermentasi sampah organik.
Dengan inovasi ini, TPS 3R Katulampa berhasil mengurangi jumlah sampah yang dikirim ke TPAS Kota Bogor. Mereka juga menghasilkan produk bernilai ekonomi, memberdayakan masyarakat sekitar, dan menciptakan lapangan kerja baru.
"Kami bisa mengolah sampah rumah tangga menjadi produk yang bermanfaat. Kami bahkan bisa menghasilkan telur yang diproduksi dari sampah organik, yang sebelumnya kami fermentasi," ungkap Sahari.
Pusat Pembelajaran Ekonomi Sirkular
Selain sebagai pusat pengolahan sampah, TPS 3R Katulampa juga berfungsi sebagai pusat pembelajaran. Warga sekitar dan pengunjung dapat belajar tentang pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular. Hal ini sejalan dengan upaya Pemkot Bogor untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah.
Dengan keberhasilan TPS 3R Katulampa, Pemkot Bogor berharap dapat menginspirasi daerah lain untuk menerapkan model serupa. Keberhasilan ini membuktikan bahwa pengelolaan sampah yang terintegrasi dan berbasis masyarakat dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dan perekonomian.
Model pengelolaan sampah di TPS 3R Katulampa ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dapat menghasilkan solusi inovatif untuk masalah sampah. Dengan pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan, Kota Bogor terus berupaya menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
Keberhasilan ini juga menunjukkan potensi ekonomi sirkular dari pengelolaan sampah. Dengan mengolah sampah menjadi produk yang bernilai ekonomi, TPS 3R Katulampa tidak hanya mengurangi beban lingkungan, tetapi juga memberdayakan masyarakat dan menciptakan peluang ekonomi baru.
Kesimpulan
TPS 3R Katulampa menjadi contoh nyata bagaimana pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan dapat dicapai melalui kolaborasi pemerintah dan masyarakat. Model ini diharapkan dapat direplikasi di berbagai wilayah di Indonesia untuk mengatasi masalah sampah dan menciptakan lingkungan yang lebih baik.