Tragedi Kebakaran Glodok: 8 Korban Tak Teridentifikasi, DNA Hangus Terbakar
Kebakaran Glodok Plaza mengakibatkan 8 korban meninggal tak teridentifikasi karena kondisi jenazah yang hangus terbakar, sementara 6 korban lainnya berhasil diidentifikasi melalui tes DNA.

Tragedi kebakaran di Glodok Plaza, Jakarta Barat, pada Rabu, 15 Januari 2025, menyisakan duka mendalam. Dari total 16 kantong jenazah yang diterima RS Polri Kramat Jati, delapan korban hingga kini belum teridentifikasi. Kejadian ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai proses identifikasi dan upaya pencarian keluarga korban yang masih hilang.
Rumah Sakit Bhayangkara Tk I Pusdokkes Polri (RS Polri) Kramat Jati mengumumkan bahwa enam dari delapan korban yang tak teridentifikasi adalah perempuan, sementara dua lainnya laki-laki. Hal ini disampaikan langsung oleh Karodokpol Pusdokkes Polri Brigjen Pol Nyoman Eddy Purnama Wirawan dalam konferensi pers. Upaya identifikasi melalui tes DNA mengalami kendala karena kondisi jenazah yang hangus terbakar.
Peristiwa ini menyoroti kesulitan dalam mengidentifikasi korban bencana besar, khususnya ketika kondisi jenazah mengalami kerusakan parah akibat kebakaran. Proses identifikasi yang kompleks dan membutuhkan waktu menjadi tantangan tersendiri bagi pihak berwenang dalam memberikan kepastian kepada keluarga korban yang masih menunggu kabar.
Korban Kebakaran Glodok yang Belum Teridentifikasi
Brigjen Pol Nyoman Eddy Purnama Wirawan menjelaskan, "Terdapat delapan individu berdasarkan laporan orang hilang akibat kebakaran Glodok Plaza yang belum ditemukan." Kondisi jenazah yang hangus terbakar menjadi kendala utama dalam proses identifikasi DNA. "Kita ketahui bahwa kondisinya sangat rusak karena jenazah sudah hangus terbakar. Sehingga kita juga berusaha keras untuk pemeriksaan DNA, tetapi tetap tidak bisa kita dapatkan," jelasnya.
Oleh karena itu, penanganan enam kantong jenazah yang belum teridentifikasi tersebut diserahkan kepada tim penyidik Polres Metro Jakarta Barat. Polres Metro Jakarta Barat, melalui Kanit Kriminal Khusus (Krimsus) AKP Diaz Yudhistira, menyatakan akan berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) setempat dan Pengadilan Negeri Jakarta untuk membantu proses pengeluaran akte kematian jika ada bukti dan dokumen yang mendukung.
Polres Metro Jakarta Barat juga membuka kesempatan bagi keluarga korban yang masih melaporkan kehilangan anggota keluarga untuk segera melapor. Kerjasama antar instansi menjadi kunci penting dalam menyelesaikan kasus ini dan memberikan kepastian hukum bagi keluarga korban.
Korban yang Berhasil Diidentifikasi
Di tengah kesulitan mengidentifikasi delapan korban, RS Polri berhasil mengidentifikasi enam korban lainnya. Identifikasi dilakukan melalui pemeriksaan DNA dan medis. Keenam korban yang berhasil diidentifikasi tersebut adalah:
- Zukhi F Rahdja, laki-laki, 42 tahun (identifikasi melalui pemeriksaan DNA)
- Aulia Belinda, perempuan, 28 tahun (identifikasi melalui pemeriksaan DNA dan medis)
- Osima Yukari, perempuan, 29 tahun (identifikasi melalui pemeriksaan DNA)
- Desty Eka Putri S, perempuan, 24 tahun (identifikasi melalui pemeriksaan DNA)
- Keren Shallom Jeremiah, perempuan, 21 tahun (identifikasi melalui pemeriksaan DNA)
- Ade Aryanti, perempuan, 30 tahun (identifikasi melalui pemeriksaan DNA)
Proses identifikasi ini menunjukkan upaya maksimal dari tim DVI RS Polri dalam mengungkap identitas korban kebakaran Glodok Plaza. Meskipun demikian, masih ada delapan korban yang belum teridentifikasi, dan proses pencarian identitas mereka masih terus berlanjut.
Dari total 16 kantong jenazah yang diterima RS Polri, dua di antaranya dipastikan bukan berisi potongan tubuh korban setelah dilakukan pemeriksaan berulang oleh dokter forensik dan dokter gigi forensik. Hal ini menunjukkan kehati-hatian dan ketelitian tim dalam menangani kasus ini.
Kasus kebakaran Glodok Plaza ini menyoroti pentingnya peningkatan sistem keamanan dan pencegahan kebakaran di gedung-gedung publik. Selain itu, kejadian ini juga menjadi pelajaran berharga dalam mempersiapkan sistem identifikasi korban bencana yang lebih efektif dan efisien.