Warga Mempawah Untung Berkat Program Cofiring Limbah Kayu
Program cofiring biomassa limbah kayu di Mempawah, Kalimantan Barat, telah meningkatkan perekonomian warga sekitar dengan memanfaatkan limbah gergaji kayu yang sebelumnya terbuang sia-sia.

Program cofiring biomassa limbah kayu di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, telah memberikan dampak positif bagi perekonomian warga sekitar. Sejak pertengahan tahun 2024, penggunaan limbah kayu, khususnya serbuk gergaji atau sawdust, sebagai bahan bakar campuran (cofiring) di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bengkayang telah membuka peluang usaha baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Salah satu warga yang merasakan manfaatnya adalah Sella, seorang ibu rumah tangga di Desa Sungai Duri 2. Ia dan suaminya kini mengumpulkan sawdust dari tempat penggergajian kayu (sawmill) dan menjualnya kepada PT Senator Karya Manages (SKM), pemasok bahan baku biomassa untuk PLN. Mereka mampu mengumpulkan 50-60 karung sawdust per hari, dengan harga Rp4.000 per karung. Pendapatan ini jauh lebih besar dibandingkan pekerjaan sebelumnya sebagai pencari kayu di hutan.
Program ini tidak hanya membantu Sella, tetapi juga puluhan warga lainnya. Para ibu rumah tangga dan pemuda yang sebelumnya menganggur kini memiliki mata pencaharian baru. Pengumpulan sawdust juga memberikan solusi untuk masalah lingkungan, karena limbah kayu yang sebelumnya terbengkalai dan sering terbakar atau menimbulkan masalah saat banjir, kini memiliki nilai ekonomi.
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari Cofiring Limbah Kayu
Program cofiring biomassa di Mempawah terbukti meningkatkan pendapatan warga secara signifikan. Sella, misalnya, kini mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya dengan lebih layak, termasuk membeli susu anak dan popok. Jika bekerja secara kelompok, warga mampu mengumpulkan hingga 400 karung sawdust per hari.
Japar, warga lainnya, menambahkan bahwa program ini juga memberikan solusi atas masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh limbah sawdust. Sebelumnya, limbah tersebut sering terbakar dan menjadi masalah saat musim banjir. Kini, limbah tersebut memiliki nilai ekonomi dan dikelola dengan baik.
PT SKM, sebagai pemasok bahan baku biomassa, berperan penting dalam keberhasilan program ini. Mereka membeli sawdust dari warga dengan harga yang layak dan memasoknya ke PLTU Bengkayang. Rata-rata pengumpulan sawdust mencapai 790 ton per bulan, menyerap tenaga kerja dari kalangan ibu rumah tangga dan pemuda.
Dampak Positif dan Harapan ke Depan
Program cofiring biomassa di Mempawah tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi warga, tetapi juga berkontribusi pada lingkungan dengan mengurangi limbah kayu dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengembangkan energi terbarukan.
Nur Jamal dari PT SKM berharap program ini dapat terus berlanjut dan memberikan peluang kerja yang lebih luas bagi masyarakat. PT SKM siap menerima sawdust dari masyarakat, karena kebutuhan mereka mencapai 790 ton per bulan. Mereka juga mengambil sawdust dari luar lokasi perusahaan.
Keberhasilan program ini menjadi contoh nyata bagaimana pemanfaatan limbah dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Semoga program serupa dapat diimplementasikan di daerah lain di Indonesia.
Dengan adanya program ini, limbah yang sebelumnya dianggap sampah kini menjadi sumber pendapatan bagi warga Mempawah. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi dan pemanfaatan teknologi dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, khususnya dalam meningkatkan perekonomian dan mengatasi masalah lingkungan.