Ketidakpastian Ekonomi: Faktor Penurunan Penjualan Otomotif di Indonesia
Ekonom Josua Pardede mengungkapkan beberapa faktor ekonomi, seperti ketakutan akan PHK dan suku bunga tinggi, yang menyebabkan penurunan penjualan otomotif di Indonesia pada tahun 2024, meskipun pendapatan masyarakat meningkat.

Jakarta, 18 Februari 2025 - Meskipun pendapatan masyarakat Indonesia meningkat sepanjang tahun lalu, sektor otomotif justru mengalami penurunan penjualan yang signifikan. Hal ini diungkapkan oleh ekonom Josua Pardede dari Universitas Indonesia, yang menunjuk pada ketidakpastian ekonomi sebagai penyebab utamanya. Penurunan penjualan mobil, khususnya di segmen roda empat, menjadi sorotan utama.
Faktor Ekonomi yang Mempengaruhi Penjualan Otomotif
Menurut Josua Pardede, ketidakpastian ekonomi, terutama bagi pekerja kelas menengah, menjadi faktor utama penurunan penjualan. "Ada rasa takut ter-PHK, apalagi dengan kondisi ekonomi saat ini, yang tercermin pada penurunan penjualan barang tahan lama, seperti otomotif dan properti," ujar Josua dalam sebuah gelar wicara di IIMS 2025.
Ketakutan kehilangan pekerjaan mendorong konsumen untuk lebih berhati-hati dalam pengeluaran. Hal ini terlihat dari tren downtrading, di mana konsumen memilih mobil dengan harga lebih murah, meskipun mungkin dengan spesifikasi yang sedikit lebih rendah. "Masyarakat tetap membeli tapi beli dengan harga yang lebih murah, yang mungkin segmentasinya Rp200 juta-Rp300 juta, tapi dia berharap dengan spesifikasi dan merek yang sama, dengan dia beli di secondary market," jelas Josua.
Selain faktor internal, kondisi ekonomi global juga turut berperan. Suku bunga tinggi berdampak pada penurunan penjualan kendaraan penumpang dan komersial. Meskipun segmen mobil LCGC (Low Cost Green Car) masih mendominasi, konsumen cenderung lebih memilih opsi yang lebih terjangkau.
Dampak Kebijakan Pajak dan Harapan untuk Insentif Pemerintah
Kebijakan pajak baru, seperti PPN 12 persen dan opsi lainnya, juga menjadi tantangan bagi industri otomotif. Namun, Josua berharap paket stimulus pemerintah untuk sektor otomotif dapat memberikan dorongan positif. "Industri otomotif sangat berhubungan dengan ekonomi, jika industri ini melambat, daya beli masyarakat juga akan terpengaruh," tambahnya.
Pemerintah diharapkan dapat menciptakan kebijakan yang lebih fleksibel untuk mendorong pertumbuhan sektor otomotif. "Kalau pendapatan masyarakat meningkat, tidak ada gangguan beban hidup, dukungan kemudahan pembiayaan tentu juga akan membuat masyarakat lebih mudah untuk melakukan pembelian mobil," kata Josua.
Data Penjualan Otomotif Tahun 2024
Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan penurunan penjualan yang signifikan pada tahun 2024. Penjualan wholesales (pabrik ke dealer) mencapai 865.723 unit, turun dari 1.005.802 unit pada tahun 2023. Penjualan retail (dealer ke konsumen) juga mengalami penurunan, dari 998.059 unit di tahun 2023 menjadi 889.680 unit di tahun 2024.
Kesimpulan
Penurunan penjualan otomotif di Indonesia pada tahun 2024 merupakan cerminan dari ketidakpastian ekonomi yang tengah melanda. Faktor-faktor seperti ketakutan akan PHK, suku bunga tinggi, dan kebijakan pajak turut berkontribusi pada penurunan daya beli masyarakat. Pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi hal ini dan mendorong pertumbuhan sektor otomotif di masa mendatang.